Karya: Ki Slamet 42
Tapi tiba-tiba terjadi perubahan
cuaca
Nampaklah langit menjadi gelap
gulita
Badai raksasa menggulung tirta
segara
Taufan pun guncang kencang bumiloka
Kedua putera tinggalanak lemah daya
Mereka berdua terpisahlah dari
ibunya
Sedang Emprit tak ketahuan rimbanya
Mereka pun terpisah satu sama
lainnya
Dikisahkan Tinggalanak terhempas
badai
Tubuhnya terombang-ambing kian
kemari
Di tengah besarnya gelombang dan badai
Dia melihat Emprit Jawa sedang
beraksi
Berupaya keras ‘tuk menyelamatkan
diri
Atasi hembusan sang bayu di atas
bahari
Tinggalanak berupaya terbang
mendekati
Ke arah Emprit dengan sepenuhlah
energi
Akhirnya, Tinggalanak dapat juga
hampiri
Sang Emprit Jawa, ia pun segera
menanyai
Kedua puteranya kepada sang pujaan
hati
Seraya lemahkan kepak sayap sebelah
kiri:
“Emprit, kedua
anakku bagaimana nasibnya
Sungguh aku tak
mau pisah dengan mereka
Aku sangat
mencintai dan mengasihinya ?!”
Tanyalah tinggalanak, berlinang air
matanya
“Tinggalanak, tidak
usah perhatikan mereka
Mereka itu sudahlah besar-besar semuanya
Bahkan tenaga
mereka lebih kuat dari kita!
Aku yakin selamat,
kini sedanglah cari kita!”
Jawab Emprit kepada Tinggalanak
terbata
Suatu jawaban yang sungguhlah di
luar kira
Dan, itu sudahlah buat Tinggalanak
kecewa
Ternyata Emprit itu teramat egois
pikirnya
Emprit yang ’lah menjadi tumpuan
hidupnya
Dia tidak miliki rasa empati kepada
anaknya
Dan tidak mau memahami perasaan
hatinya
Yang amat menyayangi kedua anak-anaknya
Maka dengan perasaan kecewa dia
berkata:
“Baik Emprit,
jika itu mauanmu, aku tak apa
Tapi aku akan
tetap cari kedua sang putera
Tinggalkanlah
aku sendiri, dan pergilah sana!
Kelak,
dimanapun berada, aku mencari kamu
Aku akan selalu
memanggil-manggil namamu
Dimana saja di
kampung yang disinggahi aku
Aku mencicit,
menjerit-jerit panggil namamu
Dan, bunyi
suaraku terdengar menyayat hati
Seperti ditinggal
mati oleh orang yang dicintai
Dan roh aku akan masuklah ke dalam dirimu
Sehingga kau
pun akan bersuara seperti aku!”
Bersamaan dengan kata terakhir
Tinggalanak
Kilat petir sambar tubuh burung Tinggalanak
Yang seketika itu juga ia matilah
tak berpinak
Emprit hanya dapat menatap dengan
hati syak
Beberapalah hari kemudian setelah
badai reda
Dan cuaca pun kembali normal bagai
sedia kala
Di setiap daerah mulailah ujung
Sumatra utara
Terus hingga sampailah ke seluruh
pulau Jawa
Burung Emprit, atau burung
Tinggalanak itu
Menjerit menyayatlah hati bersuara
amat pilu
Bunyinya seperti panggil-panggil
sebuah nama
Agar mengantar kembali ke Mesir, negerinya:
“Priiit...priiit...priiit...priiit...balekno
Mesirrr!”
(Bahasa Jawa artinya: “Prit, prit,
prit, prit
(kembalikanlah saya ke Negeri Mesir.”)
Anehnya, setiap daerah, dusun yang
disinggahi
Oleh burung Tinggalanak or burung Emprit
ini
Pasti ada salah satu warganya
meninggal dunia
Sehingga burung ini sampai sekarang
dipercaya
Sebagai burung pembawa sial burung
kematian
Ada yang menyebutnya sebagai
"burung Syetan".