Rabu, 20 April 2011

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI AKADEMIK SISWA SMAN 42 (Sebuah renungan) by Slamet Priyadi



Penghargaan buat siswa berprestasi
Kamis, 21 April 2011 - MGMP SENI SMAN 42 - Dalam berbagai kesempatan saat saya dan teman-teman santai minum kopi di kantin samping Rumah sakit Halim, saya acapkali berbincang-bincang tentang berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga tentang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 yang masih  tertinggal dengan sekolah lain seperti SMAN 48, SMAN 81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan pertanyaan sebagai berikut, “Apakah sekolah memiliki pengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa?”, “Mengapa sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42 masih  tertinggal dengan sekolah lain yang notabene lebih muda usianya dibanding SMA Negeri 42?”. Pertanyaan tersebut cukup menggelitik dan membuat berkerut kening teman-teman karena jawabannya memang butuh  analisa secara pedagogis serta pemikiran   yang  referensional (berdasar keilmuan).

Jawaban klise terucap: “Ya tentu, dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X pada awalnya memang sudah bukan siswa-siswa yang pilihan, dalam arti siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN 42 bukan pilihan pertama akan tetapi yang ke dua yang secara intelktual relative rendah”.  Dengan Input dan kualitas siswa yang demikian tentu saja wajar apabila outputnya juga rendah.

Jawaban tersebut memang ada benarnya akan tetapi, itu justru menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah, komponen sekolah beserta fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi pendidikan yang selama ini tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga pendidik. Jelasnya jawaban tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa SMAN 42 selaku institusi pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa akademik siswa.

Apabila kita perumpamakan dengan sebuah industri yang memproduksi barang tertentu, jika kualitas bahan bakunya rendah tentu hasil produksinya juga rendah. Dengan demikian di sini jalannya proses produksi menjadi tidak berarti dan mubazir. Padahal prinsip ekonomi mengatakan, “Mendapatkan untung sebesar-besarnya dengan capital yang sekecil-kecilnya”. Mengacu pada prinsip ekonomi tersebut, seharusnya langkah yang dilakukan adalah bagaimana caranya memaksimalkan suatu produksi dengan modal yang kecil dan bahan baku yang murah, dapat menghasilkan produksi yang baik dan berkualitas sehingga bisa dijual dengan harga mahal.

Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir tidak tepat karena itu berarti proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan oleh SMAN 42 sama sekali tidak berarti karena tidak memberikan nilai tambah pada diri siswa. Kalaupun ada siswa yang berprestasi menggembirakan, semata-mata itu karena kemampuan dirinya yang memang sudah ada sebelumnya hasil dari didikan dan binaan orang tua atau pada sekolah sebelumnya.
  
Pandangan tersebut di atas seyogyannya tidak dijadikan pegangan untuk langkah ke depan. Untuk itu mulai dari sekarang kita para guru dan seluruh komponen sekolah harus bersatu tekad  untuk memajukan dan meningkatkan prestasi akademik siswa SMAN 42 dengan bekerja keras, aktif inovatif, kreatif, efektif dan selalu tampil dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa di kelas dapat menerima pelajaran tanpa harus takut dan tegang. Berkait dengan hal tersebut beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness school) membuktikan bahwa tingkat kecerdasan atau prestasi belajar siswa  sangat ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) siswa di sekolah. Oleh karena itu utamanya adalah bagaimana kita menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana  pembelajaran yang  aktif, apresiatif, kreatif, efektif dan menyenangkan agar setiap siswa mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin kondusif dan efektif lingkungan belajar sekolah maka semakin besar pula kesempatan siswa untuk meningkat prestasinya.

Dengan demikian, utamanya kita tidak lagi berdalih mempermasalahkan kualitas input yang diterima sekolah, akan tetapi bagaimana kita memfokuskan pada strategi, model, dan metode-metode apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan pretasi akademik siswa. Kualitas input yang rendah lebih baik kita jadikan sebagai pemicu semangat dalam rangka untuk membuktikan kepada masyarakat, bangsa dan Negara bahwa lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 42 mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi siswa semua. JAYALAH, JAYALAH  SMA Negeri. (Rabu, 20 April 2011-Slamet Priyadi di Lido-Bogor/referensi: Pembelajaran yang efektif-Jamaludin, M.Ed)

MGMP SENI BUDAYA SMA NEGERI 42
●Dra Tisnoarsi
●Drs Slamet Priyadi
                                                      

Kamis, 14 April 2011

SOAL ULANGAN BLOK SENI BUDAYA KLS X SEMESTER 2 By Slamet Priyadi


Ki Hajar Dewantara
Satuan pendidikan :  SMA Negeri 42
Mata pelajaran      :  Seni budaya/Seni Musik
Tahun pelajaran     :  TP. 2010/2011
Kelas/Semester     :  X/Genap

SOAL:

1. Buatlah 8 buah paranada (balok not) pada kertas gambar yang telah    
    disediakan .
2. Panjang garis paranada 18 cm, dengan spasi paranada 3 mm, atau 
    5 mm ( sesuaikan dengan kertas gambar yang ada).
3. Tulislah kedalam notasi balok beserta liriknya lagu Ki Hajar Dewantara ciptaan Drs Slamet Priyadi berikut, pada kertas gambar 
yang telah disediakan, dengan ketentuan: 
Nada dasar E = Do  
Birama 4/4 Dimarcia con Maestoso!

*** BAPAK PENDIDIKAN NASIONAL ( KI HAJAR DEWANTARA )***
           ___      ___         ___                 ___     
1  /  6  4  3  2  3  4  /  5  3  2  1  5  /  6  6  7  1  2  /   5  .  0
                                                  .      .   .   .               . 

Bapak pendidikan  Nasional Ki Hajar Dewantara
           ___      ___         ___      ___         ___     
5  /  5  4  3  2  3  4  /  5  2  3  1  1  5  /  6  6  7  1  3  /  2  .  0
                                                      .      .   .   .    
Berjuang keras membangun jiwa membangun karakter bangsa
           ___      ___         ___                 ___   
1  /  6  4  3  2  3  4  /  5  3  2  1  5  /  6  6  7  1  2  /  5   .   0
                                                  .      .   .   .              . 
Bapak Pendidikan Nasional  Ki Hajar Dewantara
           ___      ___         ___                         ___
5  /  5  4  3  2  3  4  /  5  2  3  1  5  /  6  1  7  3  2  /  1  .  0
.                                                 .      .       .   

Ajarannya menja - di teladan ba - gi kita  semua

Reffrein:

        .__                                 ___         ___      ___              
//:    1  7  /  6  5  3  1  /  5 .  .  4  3  /  2  2  3  4  3  4  /  5  .  0
  Ing ngarso sung tulodo    di depan menjadi teladan
 
      .___                                 ___         ___          
      1  7  /  6  5  3  1  /  5  .  .  4  3  /  2  3  4  6  4  /  5  .  0
  Ing madyo mangun karso di tengah membangun karsa
     .___                                 ___              
     1  7  /  6  5  3  1  /  5  .  .  4  3  /  2  4  6  4  /  5  .  0 
  Tut wuri  Handayani       di belakang  memberi
     ___        ___  ___  ___
    4  3  /  2  2  3  4  3  4  7  /  1   .   0   : //
                                       . 
  Dorongan s'mangat dan motivasi


       
****** JUMAT, 15 APRIL 2011 MGMP SENI SMAN 42 ****** 
             ( Slamet Priyadi Di Lido-Bogor )                                               





Senin, 11 April 2011

MENGENAL PELUKIS S.SUDJOJONO ( Bag.1) By: Drs Slamet Priyadi

Bukit Gersang  / S.Sudjoyono
            SELASA, 12 APRIL 2011- MGMP SENI SMAN42 : S. SUDJONJONO lahir di Kisaran,Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Tanggal dan bulannya belum jelas diketahui sekitar tahun 1913. Ibunya bernama Narijem, ayahnya bernama SinduDarmo yang merantau ke Deli sebagai pekerja kontrak yaitu orang-oranng yang didatangkan dari tanah Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan tanah Deli awal abad ke-20. Pak Sindu memiliki suara bagus dan sering membaca dan melantunkan tembang-tembang jawa mocopat, cerita dongeng berbahasa jawa berbentuk tembang atau nyanyian. Ibunya, Narijem dikenal pula sebagai Dukun yang bisa mengobati berbagai macam penyakit. Oleh karena sudah banyak berjasa pada masyarakat setempat, ditambah karena kecerdasan dan kerajinan serta dedikasinya yang tinggi terhadap perusahaan perkebunan, pak Sindu oleh perusahaan perkebunan diangkat menjadi jururawat di rumah sakit orang hukuman di Tebing Tinggi.
          
            Ketika usianya sudah cukup, S. Sudjojono oleh orang tuanya didaftarkan di sekolah HIS Boedi Oetomo di Tebing Tinggi. Di sekolah tersebut ternyata S.Sudjojono tergolong anak yang cerdas. Karena kecerdasannya inilah ia sangat disayangi oleh kedua orang gurunya yaitu Pak Yudhakusuma dan Pak Sudarminto. Tahun 1926. Demi kemajuan anaknya, orang tua S.Sudjojono merestui putranya diajak Pak  Yudhakusuma ke Jakarta meskipun anaknya itu belum selesai sekolah, duduk di kelas VI.
          
            Di Jakarta S.Sudjojono melanjutkan sekolahnya di HIS Arjuna pertama di Petojo, yang juga merupakan sekolah tempat pak Yudhakusuma mengajar. Pak Yudhakusuma mengangkat S.Sudjojono sebagai anak. Dialah yang selalu memberi dorongan, semangat dan motivasi terhadap sudjojono agar memupuk,mengembangkan kegemarannya dalam menggambar.
         
Setetelah tamat dari HIS tahun 1928 S.Sudjojono, atas tanggungan bea siswa dari perkumpulan Theosofi, yang mana salah satu aggotanya adalah Pak Yudhakusuma sendiri, melanjutkan sekolahnya ke HIK Gunungsari, Lembang, Bandung. Di sekolah ini, seperti juga murid-murid yang lain S.Sudjojono tinggal di asrama dengan nomor induk 101. Nomor itu selalu ia tuliskan disemua barang-barang invetaris miliknya, gelas, piring, bantal dan lain-lain. Bahkan pada setiap karya-karya lukisannya  S.Sudjojono menuliskan kode SS-101 tersebut.

          Di sekolah ini S.Sudjojono hanya sampai kelas III. Dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya dan kebandelannya yang sering memberontak, mengajak teman-temannya keluyuran di tengah malam, menyulut petasan hingga membangunkan semua orang. Pak Yudhakusuma yang sangat mengasihi putra angkatnya ini mengirim S.Sudjojono ke Yogyakarta. Di sana di tampung oleh Pak Sudarminto yang juga gurunya di Taman Siswa, Tebing Tinggi dulu.

         Tahun 1933, oleh Pak Sudarminto, S.Sudjojono diikutsertakan mengikuti kursus cepat untuk menjadi guru.  Setelah lulus, ia dikirim ke Rogo Jampi ke Rogo Jampi, Jawa Timur, untuk mengajar di sekolah Taman Siswa yang baru dibuka. Di sekolah ini, ia mengajar kurang lebih setahun.
         
           S.Sudjojono juga gemar bermain sepak bola dan pernah masuk Klub Indonesia Muda. Ketika berada di Yogya, ia sempat mengembangkan hobinya itu. Di lapangan sepak bola Yogya inilah S.Sudjojono bertemu dengan Rusli yang di kemudian hari menjadi pelukis terkenal pula. Ketika itu Rusli bersekolah di Taman Muda Taman Siswa.

          Selama satu tahun di Rogo Jampi, Ia kembali ke Jakarta mengjar di sekolah Taman Siswa di jalan Kadiman, Petojo yang dipimpin oleh bapak S. Mangun Sarkoro. Pada waktu itu ia sudah mengembangkan kegemarannya akan meklukis. S.Sudjojono suka membaca, khususnya karaya sastra, filsafat, dan semua yang ada kaitannya dengan seni lukis. Ia sering mendapatkan buku-buku yang dicarinya itu di Pasar Loak Senen, yang kesemuanya itu menjadikan ia tumbuh dan berkembang, menjadi seorang seniman lukis yang diperhitungkan, yaitu seniman yang mempunyai misi dan visi ke depan. Dia ingin memanfaatkan seni lukis sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan rokhaniahnya yang lebih mulia.

          Dia tidak puas dengan keadaan seni lukis pada waktu itu yang hanya mengungkapkan keindahan fisik semata tentang keindahan alam yang naturalistik. Dia mempunyai visi yang berbeda dari para pelukis pada zamannya, ini sudah nampak pada saat belajar seni lukis pada
Pak Pirngadi. Dia disuruh menggambar obyek situasi aktifitas kehidupan  di sekolahnya. Setelah selesai lukisannya selesai dibuat, Pak Pirngadi memberi komentar, "kok kamu menggambar halaman sekolah seperti orang macul saja!". Begitu juga ketika ia menggambar obyek sepatu bola tua miliknya, diberi komentar oleh Pak Irngadi, "kok sepatu tua saja digambar!"  

     
           Berkait dengan itu, S.Sudjojono mengungkapkannya kepada Pak Yudhakusuma ayah angkatnya, "Pak Yudha kusuma! Mengapa rasa-rasanya gambar saya kok kotor? Akan tetapi pak Yudha hanya menjawab, "Apa maksud kamu dengan kotor?" Justru di situlah keunikkan, keanehan seni, karena mungkin yang kotor itu juga bagus. Jawaban tersebut membesarkan hati S.Sudjojono. Dengan hati yang lebih mantap ia terus melukis, kendatipun ia menyadari bahwa warna-warna dan bentuk garis yang dihasilkan sangat berbeda dengan lukisan-lukisan sezamannya. 

( SPRIYADI-MGMP SENI SMA 42 )

MENGENAL PELUKIS S.SUDJOJONO ( Bag.2 ) By: Slamet Priyadi


S. SUDJOYONO
         S.Sudjojono berada di rumah sakit menjalani pengobatan sakit paru-parunya di Sanatorium Onrust di P Seribu tahun 1935, ia membaca iklan di salah satu surat kabar yang mengajak para pelukis, siapapun juga, untuk mengikutsertakan karya lukisannya dalam satu pameran bergengsi, berhadiah yang akan diselenggarakan di Kunstkring, Belanda. S.Sudjojono mengikutsertakan lukisannya berjudul "Gadis Dan Kucing" yang menggambarkan seorang gadis bermain dakon. Lukisan tersebut mendapat hadiah pertama. Hal tersebut membuat S.Sudjojono semakin yakin akan bakatnya sebagai pelukis.
 

        Kunstkring merupakan suatu perkumpulan para pelukis Belanda yang sangat aktif mengadakan kegiatan kesenian. Para aggotanya kebanyakan orang Belanda, tetapi ada juga orang Indonesia terutama pelukis akademis. Meskipun karya S.Sudjojono telah mendapat hadiah dari perkumpulan ini, ia belum diterima sebagai anggotanya.

           Sebagai respon dari penolakan Kunstkring yang tidak menerima dirinya sebagai anggota, S.Sudjojono bersama Agoes Djayasoeminta yang juga mengajar di Sekolah Arjuna Petojo, bersama-sama dengan pelukis seangkatannya, mendirikan Persatuan Ahli Gam bar Indonesia, PERSAGI. Ketuanya Agoes Djayasuminta, sekretaris S.Sudjojono. Para anggotanya adalah S.Toetoer, Soekirno, Soetioso,Surono, Otto Djayasuminta, Abdul Salam. Mereka semua pada umumnya adalah para pelukis reklame.

          Fokus utama dari PERSAGI adalah melukis bersama. Minimal sebulan sekali mereka berkumpul untuk melakukan latihan melukis. Terkadang mereka pergi ke suatu tempat untuk mencari obyek lukisan.Setahun mereka berlatih, maka Agoes Djayasuminta merasa sudah tiba waktunya untuk mengadakan pameran bersama. Pameran PERSAGI yang pertama kali diselenggarakan di toko buku G.Kolff, jalan Ir.H.Djuanda. Dalam pameran pertama ini lukisan yang paling banyak dipamerkan adalah karya Agoes Djayasuminta. Sambutan masyarakat baik sekali. Pers Belanda, Indonesia maupun pers Cina memujinya. Hal tersebut menyebabkan keyakinan yang lebih mendalam lagi untuk mengembangkan seni lukis sebagai media ekspresi seninya.

          Oleh seorang direktur pabrik cat "Par" yang juga seorang kolektor lukisan S.Sudjojono, Agoes Djayasuminta dan para pelukis Persagi lainnya    mendapat kesempatan untuk melihat karya-karya pelukis Eropa melalui Pameran Koleksi Regnault yang sempat diadakan beberapa kali. Koleksi lukisannya antara lain karya pelukis yang sudah ternama anatara lain,Van Gogh, George Seurat, Paul Cezanne dan lain-lain.

          Dalam kesempatan ini S.Sudjojono mulai menulis kritik. Memberi ulasan-ulasan yang memuji pameran tersebut. Dialah pelukis Indonesia pertama yang menulis kritik dalam bahasa Indonesia. Gaya kritiknya khas, dengan memberi pujian bahkan makian kepada lukisan-lukisan yang dipamerkan.

          Dalam setiap karya lukisan dan  tulisan-tulisan krtiknya, S.Sudjojono selalu membubuhkan kode "SS 101"  Pada masa ini pula dia melukis Di depan Kelambu  yang sekarang menjadi koleksi Istana Negara Republik Indonesia. Lukisan "Di Depan Kelambu", menggambarkan suana kehidupan keras yang dilukiskan dengan rasa realisme kuat. Seorang kritikus menyatakan bahwa lukisan ini merupakan lukisan yang sama kedudukannya dengan lukisan "Ibu" karya Affandi. Keduanya merupakan tonggak penting dalam perjalanan sejarah seni rupa Indonesia.

          Berbeda dengan gaya para pelukisnya seperti Pirngadi, Abdullah Surio Subroto, Wakidi dan lain-lain, lukisan karya S.Sudjojono dan Affandi tidak bergaya naturalistik. Yang nampak dalam lukisan mereka adalah kebenaran-kebenaran yang nyata dalam hidup bukan hanya tentang alam yang disajikan secara kasat mata, lembut, indah dan naturalistik. Pada lukisan S.Sudjojono dan Affandi yang nampak adalah ungkapan kebenaran yang bersifat rohaniah yang ada dalam jiwa, emosi, sedih, senang ,susah dll. ( SELASA, 12 APRIL 2011-SLAMET PRIYADI )

Sabtu, 09 April 2011

GURU SENI BUDAYA BLOG: MENGENANG SANG SUTRADARA H.USMAR ISMAIL ( 1921-1971 ) By Slamet Priyadi

MENGENANG SANG SUTRADARA H.USMAR ISMAIL ( 1921-1971 ) By Slamet Priyadi

Sang Sutradara H.Usmar Ismail
MENGENANG SANG SUTRADARA
H.USMAR ISMAIL ( 1921-1971 )
By Slamet Priyadi


Minggu, 10 April 2011 GURU SENI BUDAYA BLOG: H.Usmar Ismail dilahirkan di daerah perbukitan elok nan indah, Bukit Tinggi - Sumatra Barat pada 20 Maret 1921. Latar belakang pendidikannya: HIS, MULO (B), AMS A-II, dan mendapat gelar B.A. bidang sinematografi pada Universita California di Los Angeles.

Sepak terjang, karir, dan pengalaman beliau dalam berkesenian terutama film tercatat gemilang. Tahun 1942-1945 anggota staf pengarang pada Pusat Kebudayaan Jakarta; tahun 1949 menyutradarai film South Pacific Corp; tahun 1962 mendapat penghargaan Hadiah Seni dan penghargaan tertinggi Piagam Wijayakusuma; Tahun 1943-1945 beliau juga ketua Perkumpulan Penggemar Sandiwara Maja; 1946-1947 Ketua PWI; 1946-1948 Ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Indonesia Yogyakarta dan Ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta; 1955-1965 Ketua Akademi Teater Nasional Indonesia; 1955-1970 Ketua PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia); 1962-1969 Ketua Umum Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI) Jakarta.

Adapun karya-karya beliau adalah: Harta Karun (1949), Citra, The Long March, Enam Jam di Djogya (1950), Dosa Tak Berampun (1951), Terimalah Laguku (1952), Kafedo, Krisis (1954), Tiga Dara (1956), Delapan Penjuru Angin, Sengketa (1957), Asrama Dara, Pejuang (1959), Laruik Sanjo (1960), Amor dan Humor (1961), Toha Pahlawan Bandung Selatan, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Bayangan di Waktu Fajar(1962), Anak-Anak Revolusi (1964), Liburan Seniman (1965), Ja Mualim (1969), The Big Village dan Ananda (1970).

Pada tanggal 2 Januari 1971 Sang Sutradara besar H.Usmar Ismail meninggal dunia dengan meninggalkan warisan karya-karya besar yang hingga kini tetap dikenang dan menjadi motivator, pendorong semangat dan inspirasi bagi dunia perfilman kita. ( Minggu, 10 April 2011 Slamet Priyadi di Lido-Bogor / Referensi: "MENGUPAS FILM" H.Usmar Ismail)

Senin, 04 April 2011

“MENGENAL FILM” By Slamet Priyadi

“MENGENAL FILM” By Slamet Priyadi


Senin, 4 April 2011 Guru Seni Budaya Blog: Ketika saya masih di sekolah dasar, saya suka sekali menonton film cowboy. Ketika itu film yang saya tonton tidak bersuara alias bisu, meskipun begitu saya dan teman-teman sekampung sangat menyukainya karena pada saat itu film layar lebar memang belum seperti sekarang.  Bagi saya pada waktu itu, film yang bagus adalah film yang ceritanya ada tembak-tembakan antara jagoan dan para bandit, ada nona(non) yang diculik para bandit kemudian datanglah jagoan menolong si Non. Terjadilah perkelahian, kejar-kejaran di atas kuda sambil menembakkan pistolnya ke arah lawan, ada “duel” perkelahian satu lawan satu baik dengan tangan kosong maupun adu kecepatan menembak dengan pistol. Adapun film Indonesia yang paling aku suka pada saat itu diantaranya adalah “Abang Puase” dan “Nyai Dasima”, Si Conat, Harun Pahlawan Aceh.

Pada setiap ada hajatan di kampung dengan menanggap film, saya dan teman-teman tak pernah absen untuk menonton meskipun dengan resiko kena marah dari orang tua dan gebukan rotan yang terasa pedih di pantat karena pergi nonton tak pernah bilang. Itulah resiko sebuah hobi menonton film di era tahun enampuluhan sampai tahun tujuhpuluhan ketika aku masih kanak-kanak.

Sobat, film merupakan kerja seni yang demikian kompleks karena di dalamnya melibatkan banyak komponen seperti teknologi, industry, seni rupa, musik, seni peran dan sebagainya  yang kesemuanya itu dikelola dan dipertanggung jawabkan secara kualitas oleh seorang sutradara.   Bagus dan jeleknya sebuah karya film, diterima atau ditolaknya sebuah film oleh masyarakat, pertanggungjabannya terletak pada seorang sutradara.

Mari kita simak, apa saja yang harus dikerjakan dan dipersiapkan oleh seorang sutradara dalam membuat karya film yang saya cuplik dari buku karya Usmar Ismail, “Mengupas Film” halaman 159 berikut ini:

1.    Menyelesaikan manuskrip menjadi suatu rencana kerja yang lengkap dengan bangunan montage-nya .
2.    Memilih para pelakon, para pemain.
3.    Bersama-sama dengan ahli dekor beserta kameraman dan ahli pengambil suara, merancang dekoryang diperlukan. Mencari tempat-tempat atau lokasi yang baik dan tempat untuk lokasi shooting.
4.    Bersama-sama dengan kameraman merancang sudut-sudut penglihatan kamera serta kemungkinan-kemungkinannya.
5.    Menyusun suatu rencana ambilan (opname prograamma) yang berarti memisahkan adegan-adegan yang berlaku pada satu tempat menjadi satu kesatuan dan menetapkan satu kalender kerja.
6.    Mengatur permainan.
7.    Mengamat-amati hasil usaha laboratoriumyang mengerjakan film yang baru diambil dan memeriksa cetakan pertama (werk copie).
8.    Montage.


Dengan demikian sutradara adalah satu-satunya orang yang menjadi central pengatur pembuatan film dari awal sampai akhir. Kendati demikian, film adalah karya seni bersama yang memerlukan banyak ahli bagi tiap cabang pekerjaannya. Yakh, sedikitnya staf pekerja, selain dari sutradara, harus terdiri dari seorang asisten sutradara yang berkewajiban memimpin pekerjaan-pekerjaan sebelum opname.

Seorang kameraman dan asistennya, seorang pengambilan  suara dan asistennya, seorang ahli listrik dan asistennya, seorang ahli dekor dan pembantunya, seorang pemegang skrip yang harus mencatat segala sesuatu mengenai jalannya opname, panjangnya suatu ambilan, adanya persambungan yang logis antara ambilan-ambilan dan adegan –adegan (continuity) dan lain sebagainya, seorang pemimpin opname, seorang ahli rias dan pakaian (property), seorang ahli montage. Daftar seperti ini bisa diperpanjang lagi, akan tetapi kebanyakan film studio di Indonesia memakai staf hanya empat, lima  orang saja yang masing-masing merangkap empat atau lima macam pekerjaan dengan alas an ekonomis dan efisien. Benar ekonomis, benar efisien, akan tetapi hal tersebut belum tentu bagus jika ukurannya adalah kualitas. (Senin, 4 Maret 2011-Slamet Priyadi di Lido- Bogor)     

Sabtu, 02 April 2011

VIVAnews - Modal Loading Band Bersaing di Dunia Musik

Modal Loading Band Bersaing di Dunia Musik
Band yang terbentuk pada 2007 ini meramaikan dunia musik dengan single berjudul 'Ini'.
Minggu, 16 Januari 2011, 00:18 WIB
Finalia Kodrati, Beno Junianto 
Ilustrasi Album Musik
VIVAnews - Satu lagi grup band asal Yogyakarta yang mewarnai industri musik tanah air. Tak ingin kalah dari para musisi sebelumnya, Loading Band juga ingin tercacat sebagai band yang mampu berbicara banyak di panggung musik tanah air.

Mereka pun tak mau main-main. Apalagi, persaingan di dunia musik saat ini begitu ketatnya. Band ini tak mau hanya menampilkan keindahan vokal saja tetapi juga berusaha untuk membentuk karakter yang kuat agar bisa mencuri perhatian pecinta musik.

Band yang terbentuk pada 2007 ini meramaikan dunia musik dengan single berjudul "Ini".


"Ini awal yang baik buat kami tunjukkan kepada musik Indonesia. Kami dari Yogya punya khas karakter musik yang kita usung, karena genre kami alternatif pop," kata john saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Band yang digawangi oleh John (vokal), Rian (gitar), Angga (gitar), Aried (drum), dan Praja (bass) ini ternyata dibantu oleh beberapa musisi seperti Hendry Lamiri dan Indra -audisional player band Ungu. (pet)

VIVAnews - Wanita Solois Ini Ingin Buat Album Dua Bahasa

Wanita Solois Ini Ingin Buat Album Dua Bahasa
Debra ingin gebrak dunia tarik suara Indonesia lewat album perdana bertajuk 'Go A Head'
Minggu, 30 Januari 2011, 14:33 WIB
Petti Lubis, Beno Junianto

Debra
VIVAnews - Ketika industri musik Indonesia sedang dipenuhi band-band bernuansa musik Melayu, hadir seorang wanita ingin bersaing dalam musikalitas tanah air. Dengan bermodal ilmu musik yang diambilnya dari Negeri Kanguru, Debra ingin menggebrak dunia tarik suara Indonesia lewat album perdana bertajuk 'Go A Head'.

"Aku terlalu lama menapaki dunia entertainment di Australia, makanya aku mau bersaing dengan musisi tanah air dengan konsep musikku sendiri dalam dua bahasa,"ujar Debra kepada VIVAnews.com, ditemui di Kawasan Senayan, Jakarta Selatan.


Debra yang sudah menetap selama 12 tahun di Australia, telah mengikuti pembelajaran mengenai dunia tarik suara. Diakui Debra pada album nanti, sejumlah lagu didominasi bahasa Inggris. Sedangkan hanya satu lagu berbahasa Indonesia. Perbandingan lagu berbeda bahasa ini sengaja dilakukan lantaran dirinya juga bakal mengenalkan album itu ke Australia.


"Aku memilih musik genre pop R&B, Di album itu ada satu lagu bahasa Indonesia. Sebab, sebelum di Indonesia, aku juga telah merintis terjun ke dunia hiburan di sana sekaligus mengenalkan album aku. Tapi selanjutnya, aku akan buat album berbahasa Indonesia, jadi menunggu permintaan saja. Jadi, aku berkarier di dua negara," ujar wanita asal Cirebon itu.


Lagu 'Go A Head' sendiri menceritakan seseorang yang mencintai orang lain namun terkadang tidak percaya diru untuk berani mengungkapkan pada orang tersebut. Lagu ini terinspirasi dari pengalaman pribadi Debra.

Jumat, 01 April 2011

KONSEP " PENDIDIKAN PROGRESIF" JOHN DEWEY ( Analisa strategi pembelajaran ke depan ) By Dra Tisnoarsi - Drs Slamet Priyadi

MGMP SENI BUDAYA SMAN 42 - JUMAT, 1 MARET 2011: Dalam konsep pendidikan lama situasi pembelajaran didominasi oleh guru. Siswa lebih bersifat pasif menerima sepenuhnya materi apa saja yang di sampaikan dan diberikan guru. Kurikulum, mutlak direncanakan, disusun dan dibuat oleh pemerintah dan guru atau sekolah tanpa mengikutsertakan siswa.Berkait dengan hal tersebut berdasarkan studi psikologi dan sosiologi pendikdiian, masyarakat pendidikan umumnya menghendaki perubahan dan hendaknya konsep pendidikan terutama dalam pengajaran agar lebih memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan siswa untuk belajar.

Sehubungan dengat hal tersebut JOHN DEWEY mengemukakan ide dan gagasannya dalam konsep " PENDIDIKAN PROGRESIF " sebagai berikut: 


1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara perorangan. ( indivudually learning )
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman ( learning experiencing )
3. Guru memberi dorongan semangat dan motivasi bukan hanya pemerintah.
Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang merupakan kebutuhan siswa.

Ekskul Band SMAN 42
4. Guru mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktifitas kehidupan belajar di sekolah yang mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan.
5. guru memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup itu dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.

Berdasarkan fakta dan realitas tersebut sudah seyogyanya sistem pengajaran lama yang bersifat hafalan, verbalistik dan berbagai aktifitas yang mekanistik di kelas tidak diterapkan lagi. Strategi dan metode pembelajaran yang memberi kebebasan siswa dalam melakukan penelitian dan menemukan sesuatu hal utamanya diberikan kepada siswa, berlebih dalam berbagai aktifitas ekstra kurikuler.

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL By Drs Slamet Priyadi

MGMP SENI BUDAYA SMAN 42 - JUMAT, 1 MARET 2011:     "STRATEGI" pada intinya adalah sketsa umum aktivitas guru dan murid di dalam merealisasikan kegiatan belajar mengajar. Maknanya, interaksi belajar mengajar berlangsung dalam satu sketsa yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh guru dan murid. Dengan demikian boleh dirumuskan strategi pembelajaran merupakan "sketsa umum pembelajaran subyek didik" yang tersusun secara sistematik berdasar acuan prinsip-prinsip pendidikan yaitu, strukturisasi urutan atau langkah-langkah pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan.

            Strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teachinh and Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar, manfaatnya,  bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti.
Sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.

            Adapun tugas guru dalam pembelajaran kontekstua adalah membantu siswa dalam meraih tujuannya. Artinya guru lebih fokus pada urusan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya memanage kelas sebagai sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang teacher centered .  Menurut DEPDIKNAS, guru harus melakukan beberapa hal berikut:

1)   Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa,
2)   Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian psikologis dan sosiologis,
3)   Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan     menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas    dalam pembelajaran kontekstual,
4)   Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan lingkungan  hidup mereka.
5)   Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikanbahanrefleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
          

 Lima bentuk pembelajaran yang penting dalam pendekatan kontekstual yaitu, mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerja sama (cooprating), dan mentransfer (transferring).            
           
•         Mengaitkan (relating)            
           Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating ini apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

•        Mengalami (experiencing) 
          Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya.  Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

•        Menerapkan (applying)
             Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan.

•       Kerja sama (cooperating)   
         Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek  dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja sama secara individual.  Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan dunia nyata.

•      Mentransfer (transferring)
          Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar denga fokus pada pemahaman bukan hapalan.

         “STRTEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL” menurut DEPDIKNAS dalam penerapannya mempunyai tujuh komponen utama yaitu:

          1.     Konstruktivisme (Constructivism)  
                  Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
          Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
          Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

          2.    Menemukan (Inquiry)
                 Menemukan merupakan bagian inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil menemukan sendiri.  Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning), Mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).
       

        3.   Bertanya (Questioning)
             Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya bermanfaat untuk :
            • Menggali informasi
            • Menggali pemahaman siswa
            • Membangkitkan daya respon siswa
            • Mengetahui sampai sejauh mana keinginan dan minat siswa
            • Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru
            • Membangkitkan lebih luas lagi pertanyaan dari siswa, dalam rangka menyegarkan kembali
               Pengetahuan siswa.
   
       4.   Masyarakat belajar (Learning Community) 
             Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja sama dengan orang lain.  Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika terjadi komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif  dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

      5.   Pemodelan (Modeling)
            Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual,
            Guru bukan satu-satunya model.  Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar.

     6.   Refleksi (Reflection)
           Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari.  Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.  Pengejawantahannya dalam pembelajaran  adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.

    7.   Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
          Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa member gambaran mengenai
          perkembangan belajar siswa.  Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembanga
          belajar siswa perlu diketahui guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami
          pembelajaran yang benar.  Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
          kontekstual.  Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.

"PAKEM" ( Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan menyenangkan ) By Dra Tisnoarsi

MGMP SENI BUDAYA SMAN 42 - JUMAT, 1 MARET 2011: Belajar adalah proses individual, meskipun dalam penerapannya di sekolah kebanyakan ditata secara klasikal akan tetapi tetap, perhatian guru kepada siswa harus individual sebab setiap siswa masing-masing memiliki karakter dan ciri khas serta tingkat perkembangannnya sendiri. 
      
Belajar juga merupakan proses social dalam pengertian, belajar di kelas secara bersama-sama dan memecahkan masalah secara kelompok. Ini akan saling menunjang dan saling membelajarkan. Dengan pengertian baik proses pembelajaran secara individual maupun klasikal, keduanya harus dikondisikan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki kesiapan mental untuk belajar.
      
Belajar juga adalah suatu proses yang berkelanjutan, terus menerus (continuesly) tiada henti. Dalam arti, belajar tentang sesuatu hal adalah sebagai batu loncatan atau pijakan untuk mempelajari hal-hal selanjutnya.
      
Belajar juga merupakan proses membangun makna. Dalam pengertian, setiap proses belajar harus bermakna buat siswa baik pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwanya yang dibentuk dalam suasana yang menyenangkan baik bagi siswa maupun guru selaku pendidik  Lain daripada itu, perubahan paradikma dari Mengajar menjadi Pembelajaran (teaching-learning), di dalam penilaian, proses dan hasil belajar harus berlangsung terus menerus dengan perbaikan-perbaikan pada setiap tahapannya (continues improvement).


Dengan demikian PAKEM memiliki arti dan makna pembelajaran yang dirancang agar dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kreatifitas siswa sehingga efektif akan tetapi tetap menyenangkan. Lain daripada itu, diharapkan juga bisa menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif, bermakna, dan mampu membekali siswa suatu keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam menghadapi kehidupan. Kesimpulannya, PAKEM adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai metode, media, melibatkan semua indra, dengan praktik, bekerja dalam tim, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. PAKEM juga melibatkan multi aspek yaitu, aspek logika, kinestika, estetika, dan etika. Jelasnya pembelajaran ini memerlukan
sekali keaktifan, kekreatifan, keefektifan dari siswa dan guru yang tentunya harus dikondisikan dam suasana lingkungan yang menyenangkan.