Blog Ki Slamet 42 : "Atma Kembara"
Jumat, 10 Mei 2019 - 22:23 WIB
Jumat, 10 Mei 2019 - 22:23 WIB
Shafa dan Marwah |
Bukit Abu Qubais |
Sumur Zamzam |
KISAH SITI HAJAR DAN NABI
IBRAHIM
By Ki Slamet 42
Alkisah Siti Sarah istri Nabi Ibrahim pertama
Amatlah marah kepada Siti Hajar istri kedua
Maka Siti Hajar pun jadi tersinggung hatinya
Ia pun bersumpah jauhi Siti Sarah secepatnya
Maka Sitti Hajar pun desaklah Nabi Ibrahim
Agar mereka berdua tinggalkan negeri Syam
Pindah ke negeri lain cari tempat bermukim
Demikian permintaan Sarah kepada Ibrahim
Ketika Nabi Ibrahim merasalah kebingungan
Saat itu datanglah wahyu Tuhan perintahkan
Agar Ibrahim Sitti Hajar Ismail meninggalkan
Negeri Syam teruslah berjalan ke arah selatan
Maka Ibrahim bersama Siti hajar dan putranya
Ismail yang masih kecil dan belum bisa berjalan
Setelah berkata kepada Sarah istri pertamanya
Maka mereka pun berangkat ke arah selatan
Konon cerita maka akhirnya sampailah mereka
Di negeri Mekah yang waktu itu masih berupa
Gurun pasir nan berbukit
batu dengan cuaca
Yang amatlah panas kering tiadalah air tirta
Untung di sana tumbuh sebatang pohon kayu
Yang bisa dijadikanlah tempat untuk bertedu
Setelah Ibrahim memberikan air bekal tersisa
Ia meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di sana
Tapi Siti Hajar yang melihat itu menyusulnya
Sedang Ismail ditinggal di bawah pohon kayu
Ismail terus menangis suaranya pilukan kalbu
Siti Hajar kejar Nabi Ibrahim seraya berseru:
“Wahai Ibrahim, hendak
kemanakah suamiku?
Sampai hatikah tinggalkan kami
berdua di sini?
Apakah yang bisa kami
perbuat di tempat ini?”
Siti Hajar menangis hatinya terasa amat nyeri
Akan tetapi Nabi Ibrahim
terus saja berjalan
Melangkahkan kaki tak mau dengar tangisan
Isteri dan puteranya yang
amatlah memilukan
Maka Siti Hajar bertanyalah kepada Ibrahim:
“Apakah Tuhan telah menyuruh
kau pergi?”
“Ya, aku terpaksa meninggalkanmu
di sini!”
Jawab Ibrahim kepada istrinya tanpa emosi
“Begitukah, Alloh pasti tak
sia-siakan kami?”
Setelah berkata demikian, Sitti Hajar pergi
Tinggalkan suaminya Ibrahim lalu ia kembali
Hampiri Ismail yang masih menangis tersedu
Di bawah rimbunnya sebatang pohon kayu
Sementara Nabi Ibrahim teruslah berjalan
Dengan hati tetap teguh penuh ketabahan
Demilah menjunjung tinggi perintah Tuhan
Meski iba dengan keluarga yang ditinggalkan
Pendek cerita sampailah ia di Baitul Haram
Lalu bersimpuh seraya tengadahkan tangan
Berdoalah ke hadirat Tuhan Semesta Alam
Yang Mahalah Pengasih Maha Memberikan:
“Ya Alloh, sungguh hanya Kau
Tuhan kami!
Aku ‘lah tinggalkan anak dan
istriku di wadi
Yang di sana tiada tetumbuhan
sama sekali
Hendaklah jadikanlah mereka
orang pengaji
Jadikan mereka orang beriman
dan bertaqwa
Jadikan hati manusia condong
kepada mereka
Berikan mereka rezeki dengan
buah-buahan
Selalulah bersyukur kepadamu
ya, Tuhan!”
( Surat Ibrahim ayat 37 )
Selesai berdoa, Nabi Ibrahim pun bangkitlah
Lanjutkan perjalanan dengan bersusah payah
Pergilah menuju ke negeri Syam yang megah
‘Tuk laksanak perintah meski hati rasa susah
Sedang Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan
Mereka mengalami kesukaran dan penderitaan
Susu Siti Hajar kering mereka amat kehausan
Terik sinar matahari buat mereka kepanasan
Meskipun mereka sangatlah
rasakan dahaga
Panas terik matahari terasa bakar tubuhnya
Akan tetapi Siti Hajar tetap kuatkan dirinya
Melangkah cari air hingga ke kaki bukit Safa
Siti Hajar tutupi matanya dengan tangannya
Karena sinar matahari menyilaukan matanya
Sejauh mata memandang tiada satu manusia
Cumalah padang pasir dan bukit batu semata
Di hadapannya ada bukit kecil tampak megah
Bukit itu dikenal dengan nama bukit Marwah
Maka Siti Hajar berlari dekati bukit Marwah
Tak seberapa lama ia berhenti lepaskan lelah
Siti Hajar tatap bukit Marwah se kelilingnya
Tapi tiadalah juga dijumpai manusia di sana
Meskipun perasaan lelah begitu menderanya
Siti Hajar tetap berupaya tak berputus asa
Siti Hajar teruslah saja berlari berulang-ulang
Dari bukit safa ke bukit marwah terus diulang
Siti Hajar lakukan sampai tujuh kali mengulang
Meski begitu tak satu jua manusia yang datang
Catatan:
( “Peristiwa ini menjadi
salah satu rukun haji yang disebut Sa’i.
Berlari-lari kecil tujuh
kali antara bukit Safa dan Marwah!” )
Siti Hajar terhenyak di kaki bukit Marwah
Tubuhnya rasa letih, lesu, dan amatlah lelah
Tak kuat tahan haus, dan lapar, ia menyerah
Kepada Tuhanlah akhirnya ia pun berserah
Saat itulah ia dengar suara panggil namanya
Namun tiada seseorang pun yang dilihatnya
Tiba-tiba ia melihat Jibril kepakkan sayapnya
Ke atas tanah lalu lenyaplah dalam seketika
Dengan segera Siti Hajar mendekati bawana
Tempat Malikat Jibril kepakkanlah sayapnya
Atas kuasa Tuhan tanah keluarkanlah tirta
Yang pancarkanlah air berlimpah banyaknya
Lalu Siti Hajar pun bendunglah itu air tirta
Janganlah sampai mengalir ke tempat lainnya
Siti Hajar dan puteranya terhindar dari bala
Mara bahaya maut yang nyaris saja menimpa
Catatan:
( Air tirta yang keluar dari
lubang bekaslah kepak pukulan
sayap Malaikat Jibril dikenal dengan nama Air Zamzam. )
Suatu ketika melintaslah
satu rombongan
Kafilah suku Jurhum darilah negeri Yaman
Mereka lihat burung-burung berterbangan
di sekitar bukit Abi Qubeis pada seliweran
Mereka mengetahui bahwa di dekat ujung
Bukit Abi Qubeis terdapat air dari burung
Yang berterbanganlah di sekitar bukit itu
Kafilah suku Jurhum mendekatlah ke situ
Dan, ternyata benarlah di sana ada air tirta
Mereka dapati Siti Hajar dan Ismail di sana
Sejak itu Suku Jurhum menetap selamanya
Di Abi Qubeis hingga beranak-pinak di sana
Mereka jadi penduduk wadi itu yang pertama
Dan, wadi itu kini menjadi kota yang ternama
Bahkan jadi paling terkenal di seluruh dunia
Dikenallah dengan sebutan ‘Mekah’
namanya
Di tanah Mekah ini Siti Hajar menutup mata
Di dalam usia 90 tahun, sedangkan puteranya
Ismail kawin dengan seorang puteri elok rupa
Dari suku Jurhum sampailah akhir hayatnya!
Rupanya doa Nabi Ibrahim dikabulkan Tuhan
Wadi yang kering dan tandus tiada kehidupan
Akhirnya jadilah kota yang ramai berkemajuan
Umat Islam di seluruh dunia pun berdatangan
Mereka semua berdatangan ke kota Mekah
Dalam rangka ‘tuk memenuhi panggilan Allah
Berkeliling dan bersujudlah di depan Ka’bah
Tunaikan rukun Islam kelima berhaji pasrah
R e f e r e n s i :
C.Israr, “Sejarah Kesenian Islam”-
Bulan Bintang – Jakarta 1978
KSP42
Jumat, 10 Mei 2019 – 14:45
WIB
Bumi Pangarakan, Lido -
Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar