Minggu, 30 Juni 2019

"MISTERI GAGANG PISAU MANIKI By Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet 42: Atma Kembara
Senin, 01 Juli 2019 - 06:25 WIB
 
Misteri Gagang Pisau Maniki (Foto : SP)
MANIKI
“MISTERI GAGANG PISAU MANIKI”
(Cerita Rakyat Kalimantan Timur)
By Ki Slamet 42

Alkisah seorang raja di tanah Berau
Bergelar Maha Prabu Raja Sang Aji
Seorang raja yang berpekerti terpuji
Dicintai rakyatnya di seluruh negeri

Beliau mempunyai seorang permaisuri
Bernama Sriaji Tangga Buana Pertiwi
Dan tujuh puteri cantik-cantik sekali
Cuma Puteri Bungsulah yang berbudi

Keenam kakaknya miliki sifat berbeda
Tinggi hati, angkuh, sombong, jumawa
Vulgar, kasarlah dalam bertutur sapa
Sakiti hati orang yang mendengarnya

Maka sang Puteri Bungsu jadilah dia
Puterilah kesayangan ayah bundanya
Bahkan jadi pujaan seluruh rakyatnya
Di kerajaan Berau Negerinya tercinta

Sebagai seorang puteri raja tercinta
Meski ada dayang yang mengasuhnya
Dia tetap senang bekerja sendiri saja
Terutama saat masak di dapur istana

Suatu ketika, gagang pisau yang biasa
Dia pakai masak jatuh pecah jadi dua
Ia memohon pada ayahnya agar segera
Dibuatkan gagang pisau penggantinya

Raja pun langsung perintahkan kepada
Semua para ahli pahat dan ukir istana
Tuk buatkan gagang pisau secepatnya
Tapi tak ada yang berkenan di hatinya

Konon cerita di ujung kerajaan Berau
Ada seorang pemuda Maniki namanya
Sang penjual kayu bakar Pekerjaannya
Hidup Maniki hanyalah sebatang kara

Penduduk setempat mengenal Maniki
Sebagai pemuda jujur dan baiklah hati
Pada suatu hari, Maniki berjalan kaki
Melewati istana dan Raja lihat Maniki

Raja perintahkan pengawal agar Maniki
Menghadap Maniki pun lalu diintrogasi:
“Hai anak muda, siapa kau punya nama
Dan mau kemanakah kau anak muda?”

Jawab Maniki:“Hamba bernama Maniki
Hamba mau pergi ke ujung kampung ini
Untuk mengambil upah menumbuk padi”
Sahut Maniki seraya merundukkan diri

Kemudian Raja pun perintahkan Maniki
Agar buatkan gagang pisau untuk Puteri
Sebentar kemudian Maniki menyanggupi
Dia langsung buat gagang pisau duplikasi

Selesai gagang pisau dibuat oleh Maniki
Maka ia perlihatkan kepada Sang Puteri
Puteri Bungsu sangat suka menerimanya
Meski gagang pisau itu amat sederhana

Maniki dapatlah hadiah besar dari Raja
  Dia terima hadiah itu dengan suka cita  
Kononlah, gagang pisau buatan Maniki
Amat disuka dan disayang sang Puteri

Demikianlah, waktu pun terus berganti
Ke mana saja sang Puteri Bungsu pergi
    Gagang pisau itu selalulah dibawa-bawa    
Bahkan saat tidur selalu digenggamnya

Suatu ketika setelah tiga bulan berlalu
Terjadi keanehan pada Puteri Bungsu
Ia hamil tanpa nikah, Raja  sangat malu
Maka bertanya kepada Puteri Bungsu:

“Puteriku, siapa yang menghamilimu?”
Puteri Bungsu tiada bisa beri jawaban
Sebab tak melakukan hubungan badan
Dia hanya bisa menangis sesenggukkan

Keenam saudaranya yang membencinya
Berkata kepada Puteri Bungsu bahwa
  Ia telah membuat cemar nama keluarga  
Mereka pun menyesali sikap Sang Raja

Mereka berpendapat semua itu terjadi
Karena Putri Bungsu amatlah disayangi
Oleh orang tuanya Raja dan Permaisuri
Puteri Bungsu hanya bisa menyesali diri

Tiada terasa ‘lah genap sembilan bulan
Tiba saatnya hari yang dinanti-nantikan
Puteri Bungsu melahirkan bayi tampan
Raja dan Permaisuri terima kenyataan

Maka atas nasehat dukun kepercayaan
Semua lelaki di negeri itu dikumpulkan
Setelah kumpul, mereka pun diberikan
Masing-masing sebijilah pisang pandan

Sang dukun berkata kepada Sang Raja
Bahwa ada satu saja di antara mereka  
Yang pegang pisang itu adalah ayahnya  
Dan si bayi akan merangkak ke arahnya

Ternyata tak seorang di antara laki-laki
Yang hadir itu dihampiri oleh sang bayi
 “Hm, ini aneh?” kata dukun dalam hati
“Biasanya cara seperti itu cukup sakti!”

Tak mungkin ilmu dukun istana keliru
 Raja pun perintahkan lagi tuk periksa
Adakah pria yang belum hadir ke istana
Ternyata semua pria telah dipanggilnya
  
Kecuali Maniki sipembuat gagang pisau
 Maka, Sang Raja perintah pengawalnya
Tuk membawa Maniki menghadap Raja
Pengawal pun jemputlah Maniki segera

Tiba di rumah Maniki pengawal berkata:
“Maniki, aku diperintah oleh Sri Baginda
Untuk menjemputmu menghadap Raja!” 
“Mengapa saya dipanggil?” tanya Maniki

“Nanti saja kau juga akan tahu sendiri!”
Jawab pengawal, tarik lengan kiri Maniki
“Saya ini hanyalah seorang pemuda miskin
Raja tiada kepentingan dengan saya ini!”

“Maniki, dengarkan aku, ini perintah Raja
Kau tak usah berdalih dan membantah!”
Seraya kembali tarik tangan kiri Maniki
Akhirnya Maniki pun menghadap Raja Aji

Setiba di istana Maha Prabu Raja Sang Aji
Maniki pun diberi Raja pisang pandan sebiji  
Begitu pisang dipegang, si bayi menghampiri
Merangkak naik ke atas pangkuan Maniki

Para hadirin merasa aneh dan tak mengerti
Mereka tak percaya mengapa hal itu terjadi
Ternyata pemuda miskin Maniki ayah si bayi
Maka pendeklah kisah, Prabu Sang Raja Aji

Serahkan Puteri Bungsu dan bayi ke Maniki
Mereka menerima titah Prabu Raja Sang Aji
Maniki tetap bekerja jujur dan berserah diri
Raja nikahkan Puteri Bungsu dengan Maniki

Oleh karena Prabu Raja Sang Aji  sudah tua
Maka Maniki pun dinobatkanlah menjadi raja
Ia memerintah Berau dengan adil dan bijaksana
Hingga seluruh rakyat taat dan menyayanginya

Referensi: Yudhistira
Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
Penerbit – Delima – Solo

—KSP 42—
Senin, 01 Juli 2019 – 02:10 WIB
Bumi Pangarakan, Lido - Bogor
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar