Blog Ki Slamet 42: Atma Kembara
Senin, 01 Juli 2019 - 06:25 WIB
Senin, 01 Juli 2019 - 06:25 WIB
“MISTERI
GAGANG PISAU MANIKI”
(Cerita
Rakyat Kalimantan Timur)
By
Ki Slamet 42
Alkisah seorang raja di
tanah Berau
Bergelar Maha Prabu Raja Sang
Aji
Seorang raja yang berpekerti
terpuji
Dicintai rakyatnya di
seluruh negeri
Beliau mempunyai seorang permaisuri
Bernama Sriaji Tangga Buana
Pertiwi
Dan tujuh puteri
cantik-cantik sekali
Cuma Puteri Bungsulah
yang berbudi
Keenam kakaknya miliki
sifat berbeda
Tinggi hati, angkuh,
sombong, jumawa
Vulgar, kasarlah dalam
bertutur sapa
Sakiti hati orang yang
mendengarnya
Maka sang Puteri Bungsu
jadilah dia
Puterilah kesayangan ayah
bundanya
Bahkan jadi pujaan
seluruh rakyatnya
Di kerajaan Berau
Negerinya tercinta
Sebagai seorang puteri
raja tercinta
Meski ada dayang yang
mengasuhnya
Dia tetap senang bekerja
sendiri saja
Terutama saat masak di
dapur istana
Suatu ketika, gagang
pisau yang biasa
Dia pakai masak jatuh
pecah jadi dua
Ia memohon pada ayahnya
agar segera
Dibuatkan gagang pisau
penggantinya
Raja pun langsung perintahkan
kepada
Semua para ahli pahat dan
ukir istana
Tuk buatkan gagang pisau
secepatnya
Tapi tak ada yang berkenan
di hatinya
Konon cerita di ujung kerajaan
Berau
Ada seorang pemuda Maniki
namanya
Sang penjual kayu bakar
Pekerjaannya
Hidup Maniki hanyalah
sebatang kara
Penduduk setempat
mengenal Maniki
Sebagai pemuda jujur dan
baiklah hati
Pada suatu hari, Maniki
berjalan kaki
Melewati istana dan Raja
lihat Maniki
Raja perintahkan pengawal
agar Maniki
Menghadap Maniki pun lalu
diintrogasi:
“Hai
anak muda, siapa kau punya nama
Dan
mau kemanakah kau anak muda?”
Jawab Maniki:“Hamba bernama Maniki
Hamba
mau pergi ke ujung kampung ini
Untuk
mengambil upah menumbuk
padi”
Sahut Maniki seraya merundukkan diri
Kemudian Raja pun perintahkan Maniki
Agar buatkan gagang pisau untuk Puteri
Sebentar kemudian Maniki menyanggupi
Dia langsung buat gagang pisau
duplikasi
Selesai gagang pisau dibuat oleh Maniki
Maka ia perlihatkan kepada Sang Puteri
Puteri Bungsu sangat suka menerimanya
Meski gagang pisau itu amat sederhana
Maniki dapatlah hadiah besar dari Raja
Dia terima hadiah itu dengan suka cita
Kononlah, gagang pisau buatan Maniki
Amat disuka dan disayang sang Puteri
Demikianlah, waktu pun terus berganti
Ke mana saja sang Puteri Bungsu pergi
Gagang pisau itu selalulah dibawa-bawa
Bahkan saat tidur selalu digenggamnya
Suatu ketika setelah tiga bulan berlalu
Terjadi keanehan pada Puteri Bungsu
Ia hamil tanpa nikah, Raja sangat malu
Maka bertanya kepada Puteri Bungsu:
“Puteriku,
siapa yang menghamilimu?”
Puteri Bungsu tiada bisa beri jawaban
Sebab tak melakukan hubungan badan
Dia hanya bisa menangis sesenggukkan
Keenam saudaranya yang membencinya
Berkata kepada Puteri Bungsu bahwa
Ia telah membuat cemar nama keluarga
Mereka pun menyesali sikap Sang Raja
Mereka berpendapat semua itu terjadi
Karena Putri Bungsu amatlah disayangi
Oleh orang tuanya Raja dan Permaisuri
Puteri Bungsu hanya bisa menyesali diri
Tiada terasa ‘lah genap sembilan bulan
Tiba saatnya hari yang dinanti-nantikan
Puteri Bungsu melahirkan bayi tampan
Raja dan Permaisuri terima kenyataan
Maka atas nasehat dukun kepercayaan
Semua lelaki di negeri itu dikumpulkan
Setelah kumpul, mereka pun diberikan
Masing-masing sebijilah pisang pandan
Sang dukun berkata kepada Sang Raja
Bahwa ada satu saja di antara mereka
Yang pegang pisang itu adalah ayahnya
Dan si bayi akan merangkak ke arahnya
Ternyata tak seorang di antara
laki-laki
Yang hadir itu dihampiri oleh sang bayi
“Hm, ini aneh?” kata dukun dalam hati
“Biasanya
cara seperti itu cukup sakti!”
Tak mungkin ilmu dukun istana keliru
Raja pun perintahkan lagi tuk periksa
Adakah pria yang belum hadir ke istana
Ternyata semua pria telah dipanggilnya
Kecuali Maniki sipembuat gagang pisau
Maka,
Sang Raja perintah pengawalnya
Tuk membawa Maniki menghadap Raja
Pengawal pun jemputlah Maniki segera
Tiba di rumah Maniki pengawal berkata:
“Maniki,
aku diperintah oleh Sri Baginda
Untuk
menjemputmu menghadap Raja!”
“Mengapa
saya dipanggil?” tanya Maniki
“Nanti
saja kau juga akan tahu sendiri!”
Jawab pengawal, tarik lengan kiri Maniki
“Saya
ini hanyalah seorang pemuda miskin
Raja
tiada kepentingan dengan saya ini!”
“Maniki,
dengarkan aku, ini perintah Raja
Kau
tak usah berdalih dan membantah!”
Seraya kembali tarik tangan kiri Maniki
Akhirnya Maniki pun menghadap Raja Aji
Setiba di istana Maha Prabu Raja Sang
Aji
Maniki pun diberi Raja pisang pandan
sebiji
Begitu pisang dipegang, si bayi
menghampiri
Merangkak naik ke atas pangkuan Maniki
Para hadirin merasa aneh dan tak
mengerti
Mereka tak percaya mengapa hal itu
terjadi
Ternyata pemuda miskin Maniki ayah si
bayi
Maka pendeklah kisah, Prabu Sang Raja
Aji
Serahkan Puteri Bungsu dan bayi ke
Maniki
Mereka menerima titah Prabu Raja Sang Aji
Maniki tetap bekerja jujur dan berserah
diri
Raja nikahkan Puteri Bungsu dengan Maniki
Oleh karena Prabu Raja Sang Aji sudah tua
Maka Maniki pun dinobatkanlah menjadi
raja
Ia memerintah Berau dengan adil dan bijaksana
Hingga seluruh rakyat taat dan menyayanginya
Referensi:
Yudhistira
Kumpulan
Cerita Rakyat Nusantara
Penerbit
– Delima – Solo
—KSP
42—
Senin,
01 Juli 2019 – 02:10 WIB
Bumi
Pangarakan, Lido - Bogor