Senin, 07 Januari 2013 - Slamet Priyadi Blog: Terus
terang saya katakan bahwa, “orang yang
merasa dirinya pintar sebenarnya orang bodoh, dan orang yang pintar adalah
orang yang terus menerus mau belajar”.
Ribuan
tahun silam pun Imam Malik, ilmuwan besar muslim berkata saat beliau diminta
oleh Khalifah Harun al-Rasyid untuk datang mengajar anak-anaknya mendengarkan
kitab al-Muwata,
“Ilmu itu datang
dari lingkungan kalian. Jika kalian memuliakannya, ia jadi mulia. Jika kalian
merendahkannya, ia jadi hina”.
Saat
Khalifah memerintahkan kedua putranya untuk hadir ke masjid belajar bersama
rakyat, Imam Malik berkata, “tidak apa-apa, asalkan mereka bersedia duduk di
posisi mana saja yang lapang bagi mereka, dan tidak boleh melangkahi bahu
jamaah lainnya”.
Nah,
dari peristiwa yang terjadi ribuan tahun silam itu, ada pelajaran yang bisa
kita petik bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar sangat dipengaruhi oleh
motivasi dan sikap sugguh-sungguh dari kita, pembelajar. Akan tetapi kebanyakan
dari kita belum menyadari sepenuhnya akan hal tersebut. Lihat saja
sahabat-sahabat kita saat pelatihan, diklat pengembangan profesi, mahasiswa
saat perkuliahan, murid-murid kita di sekolah saat belajar di kelas, bahkan
mungkin diri kita sendiri. Senang dan bersukaria sekali jika jam pelatihan,
perkuliahan, dan jam belajar kosong. Kegembiraan mereka, atau mungkin kita yang
berada di dalamnya laksana orang yang baru bebas-lepas dari hukuman penjara,
seperti hewan yang baru lepas dari sangkarnya. Kemudian mereka ngobrol
ngalor-ngidul tak ada juntrungnya yang tidak terkait dengan keilmuan, yang
penting bagi mereka semua beban dan pikiran menjadi “plong”. Mungkinkah ini
cermin dari minusnya atau rendahnya motivasi kita untuk belajar?
Selain
motivasi, prioritas kedua yang ditekankan Imam Malik adalah sikap kita dalam
belajar. Belajar harus disikapi secara positif. Kesombongan dan keangkuhan,
merasa paling pintar, merasa paling tahu segalanya, merasa paling berkuasa
hendaknya jauhkan dan buang dari dalam hati kita. Hal ini sebagaimana dikatakan
Imam Malik, “mereka tidak boleh
melangkahi bahu jamaah lain, dan bersedia duduk di tempat mana saja yang luang
bagi mereka”.
Pikiran-pikiran
Imam Malik di atas disepakati juga oleh Lorraine Monroe sebagaimana dikutip
oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim
dalam buku tulisannya, Membuka Jalan Ke
Sorga. Kutipannya adalah sebagai
berikut. Pertama, membangkitkan high
leved of expectation (tingkat harapan yang tinggi. Memberi motivasi yang
tinggi kepada siswa agar memiliki target-target, tujuan, dan cita-cita besar. Kedua,
menanamkan keyakinan (bilief) yang
kokoh dan kuat sebagai tenaga penggerak untuk melakukan yang terbaik (the spirit of excellent).
Dari
pemikiran Imam Malik dan Lorraine Monrou
itu, maka bisa kita simpulkan bahwa dalam
belajar harus dilandasi dengan motivasi. Jadi upaya awal yang harus
dilakukan dalam belajar adalah memiliki motivasinya terlebih dahulu sebelum
mempelajari teknik-tekniknya. Oleh karena motivasi yang kuat menunjukkan
karakter yang kuat.(Referensi: Dwi
Budiyanto, “Prophetic Learning”. Pro-U Media, 2009, Yogyakarta)
Penulis: Slamet
Priyadi - Pangarakan - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar