Ilustrasi: Ekskul Band 42 (Foto: SP) |
SURABAYA
– Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya diminta segera menindaklajuti keberadaan
ruang terbuka bagi pelajar. Desakan ini, menyusul masih minimnya ruang terbuka
yang diperuntukkan khusus pembelajaran siswa.
“Ini untuk perkembangan dan mengembangkan bakat anak,” cetus Isa Ansori, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Minggu (23/12) siang.
Dengan lebih banyaknya ruang terbuka, lanjut Isa, akan semakin membebaskan anak, khususnya pelajar untuk mengeksplorasi diri. Harapannya, pelajar bisa mengapresiasi diri kepada sesama dengan pelajaran yang sedang dipelajari. “Ini penting. Untuk itu, kami berharap ada perhatian lebih dari Pemkot,” katanya.
Isa juga mengungkapkan, selama ini, trotoar merupakan lahan paling efektif dan murah untuk menunjukkan kemampuan. Artinya, lanjut Isa, trotoar sebagai area yang dikhususkan bagi pengguna jalan tetap berfungsi sebagaimana semestinya. “Bukan berarti, trotoar harus digunakan di luar fungsinya, tapi manfaatkan sarana yang ada itu untuk berkegiatan yang baik,” ujarnya.
Sebelumnya, trotoar yang dianggap merupakan ruang terbuka yang bisa dinikmati siapapun penggunanya, beralih dimanfaatkan para pelajar. Bukan untuk apa, melainkan para pelajar yang berjumlah sekitar 150 siswa dari berbagai sekolah di Surabaya itu menggelar sajian musik. Para pelajar tersebut, memanfaatkan lokasi pinggir jalan tersebut untuk menggelar konser orkestra. “Saya rasa, ini ide bagus sebagai pembelajaran siswa lebih dekat dengan masyarakat,” ujar Isa.
Selain itu, tutur Isa, pagelaran yang mengusung konsep luar ruangan itu dianggap tepat karena memudahkan siswa berinteraksi dengan masyarakat. Setidaknya, ujar Isa, para pelajar tersebut bisa menikmati kondisi berbeda yang selama ini terpaku pembelajaran di dalam ruangan. “Menariknya lagi, yang mereka bawakan adalah musik orkestra yang dikenal selalu disuguhkan dalam ruangan dan dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Tapi, ini beda, para pelajar semakin merasakan suasana lebih fresh,” ujar Isa.
Menurutnya, trotoar merupakan ruang terbuka yang bisa dinikmati siapa saja. Sehingga siswa yang tampil bisa meluapkan ekspresinya sesuai keinginan karena lebih memiliki ruang gerak. “Akan bisa melatih kepekaan sosial anak terhadap masyarakat,” tuturnya.
Konser bertajuk ‘Baktiku untuk Ibu, Baktiku untuk Anak Negeri’ ini dikemas dalam bentuk konser musik dan berbagai kesenian. Musik yang mengiringi pagelaran tersebut antara lain, orkestra, band, vokal grup, teaterikal, pembacaan puisi dan seni lukis. “Dan masih banyak yang lainnya. Konser ini juga kami haturkan untuk menyambut Hari Ibu,” ujar Ketua Panitia, Abigail Yuri, Sabtu (22/12).
Menurut siswa kelas XII SMA Kristen Pirngadi itu, disela konser trotoar tersebut, juga dilakukan kegiatan amal bakti berupa sumbangan. Sumbangan yang disodorkan ke para pengendara jalan serta warga yang menonton itu, hasilnya akan disumbangkan ke yayasan panti jompo. “Ada 1.500 bukuk sumbangan berupa buku bacaan atau pelajaran. Nanti, akan kami berikan kepada siswa di Nabire, Papua pada Februari tahun depan. Kami anggap, ini sebagai bentuk kepedulian siswa di Surabaya untuk pelajar di daerah pelosok,” katanya. sab
“Ini untuk perkembangan dan mengembangkan bakat anak,” cetus Isa Ansori, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Minggu (23/12) siang.
Dengan lebih banyaknya ruang terbuka, lanjut Isa, akan semakin membebaskan anak, khususnya pelajar untuk mengeksplorasi diri. Harapannya, pelajar bisa mengapresiasi diri kepada sesama dengan pelajaran yang sedang dipelajari. “Ini penting. Untuk itu, kami berharap ada perhatian lebih dari Pemkot,” katanya.
Isa juga mengungkapkan, selama ini, trotoar merupakan lahan paling efektif dan murah untuk menunjukkan kemampuan. Artinya, lanjut Isa, trotoar sebagai area yang dikhususkan bagi pengguna jalan tetap berfungsi sebagaimana semestinya. “Bukan berarti, trotoar harus digunakan di luar fungsinya, tapi manfaatkan sarana yang ada itu untuk berkegiatan yang baik,” ujarnya.
Sebelumnya, trotoar yang dianggap merupakan ruang terbuka yang bisa dinikmati siapapun penggunanya, beralih dimanfaatkan para pelajar. Bukan untuk apa, melainkan para pelajar yang berjumlah sekitar 150 siswa dari berbagai sekolah di Surabaya itu menggelar sajian musik. Para pelajar tersebut, memanfaatkan lokasi pinggir jalan tersebut untuk menggelar konser orkestra. “Saya rasa, ini ide bagus sebagai pembelajaran siswa lebih dekat dengan masyarakat,” ujar Isa.
Selain itu, tutur Isa, pagelaran yang mengusung konsep luar ruangan itu dianggap tepat karena memudahkan siswa berinteraksi dengan masyarakat. Setidaknya, ujar Isa, para pelajar tersebut bisa menikmati kondisi berbeda yang selama ini terpaku pembelajaran di dalam ruangan. “Menariknya lagi, yang mereka bawakan adalah musik orkestra yang dikenal selalu disuguhkan dalam ruangan dan dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Tapi, ini beda, para pelajar semakin merasakan suasana lebih fresh,” ujar Isa.
Menurutnya, trotoar merupakan ruang terbuka yang bisa dinikmati siapa saja. Sehingga siswa yang tampil bisa meluapkan ekspresinya sesuai keinginan karena lebih memiliki ruang gerak. “Akan bisa melatih kepekaan sosial anak terhadap masyarakat,” tuturnya.
Konser bertajuk ‘Baktiku untuk Ibu, Baktiku untuk Anak Negeri’ ini dikemas dalam bentuk konser musik dan berbagai kesenian. Musik yang mengiringi pagelaran tersebut antara lain, orkestra, band, vokal grup, teaterikal, pembacaan puisi dan seni lukis. “Dan masih banyak yang lainnya. Konser ini juga kami haturkan untuk menyambut Hari Ibu,” ujar Ketua Panitia, Abigail Yuri, Sabtu (22/12).
Menurut siswa kelas XII SMA Kristen Pirngadi itu, disela konser trotoar tersebut, juga dilakukan kegiatan amal bakti berupa sumbangan. Sumbangan yang disodorkan ke para pengendara jalan serta warga yang menonton itu, hasilnya akan disumbangkan ke yayasan panti jompo. “Ada 1.500 bukuk sumbangan berupa buku bacaan atau pelajaran. Nanti, akan kami berikan kepada siswa di Nabire, Papua pada Februari tahun depan. Kami anggap, ini sebagai bentuk kepedulian siswa di Surabaya untuk pelajar di daerah pelosok,” katanya. sab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar