Sabtu, 21 September 2019

"D.N. AIDIT DALAM KEPEMIMPINAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA"

Blog Ki Slamet 42: Atma Kembara
Sabtu, 21 September 2019 - 20.56 WIB


Alam demokrasi liberal yang berlangsung di Indonesia pada kurun waktu 1950-1959 memberikan kesempatan kepada PKI untuk mengadakan rehabilitasi walaupun sebelumnya partai komunis itu telah melakukan pemberontakan. Alimin mengaktifkan kembali PKI pada tanggal 4 Febuari 1950. Akan tetapi, kepemimpinan Alimin ini tidak berjalan lama karena pada Juli 1950 D.N. Aidit yang melarikan diri ke luar negeri akibat pemberontakan PKI Madiun kembali lagi ke Indonesia bersama M.H. Lukman. Ketika mendarat di Tanjung Priok mereka dibantu oleh Kamarusaman bin Ahmad Mubaidah alias Sjam, yang pada saat itu mempunyai kedudukan sebagai salah seorang pimpinan buruh di Pelabuhan Tanjung Priok.
Tindakan D.N. Aidit pertama ialah menyatukan kembali seluruh potensi partai. Setengah tahun kemudian D.N. Aidit berhasil mengambil alih kepemimpinan PKI dan mengintensifkan propaganda untuk merehabilitasi nama PKI dengan mengeluarkan “Buku Putih” tentang Pemberontakan Madiun. Bahkan, Alimin menuntut penggalian dan penguburan kembali tokoh-tokoh PKI yang dihukum mati akibat pemberontakan PKI Madiun, tetapi hal ini ditolak oleh Pemerintah RI.
Kepemimpinan D.N. Aidit menjadi semakin kuat setelah tokoj-tokoh muda lainnya, seperti Nyoto dan Sudisman, bergabung. Pada bulan  Januari 1951 CC PKI memilih Politbiro baru yang terdiri atas D.N. Aidit, M.H. Lukman, Njoto, Sudisman, dan Alimi. Pemimpin-pemimpin baru inilah yang kemudian berhasil membangun kembali dan mengembangkan PKI. Politbiro ini menjalankan strategi Front Persatuan Nasional. Sampai awal tahun 1952 Politbiro CC PKI memusatkan perhatian pada perumusan taktik-taktik utama, bentuk perjuangan , dan bentuk organisasi yang kemudian dikuti oleh PKI dalam tahun-tahun berikutnya.
Awal tahun 1951 D.N. Aidit juga merehabilitasi Mohammad Jusuf (yang pernah dikutuk oleh orang-orang komunis karena tindakan penyelewengan garis partai dengan melakukan pemberontakan melawan Pemerintah RI di Cirebon pada tahun 1946). Kemudian pada bulan Agustus 1951 PKI menggerakkan kerusuhan-kerusuhan di kota Jakarta dan Bogor. Di Bogor banyak penduduk yang menjadi korban. Kabinet Sukiman melakukan penangkapan dan penggeledahan di rumah-rumah para pemimpin PKI. Oleh PKI peristiwa penangkapan dan penggeledahan ini disebut “Razia Agustus 1951” dan dianggap sebagai provokasi Pemerintah Sukiman dalam mencari alasan untuk membubarkan PKI. Akibat tindakan Pemerintah itu, sejumlah besar pimpinan PKI menjadi tahanan politik dan sebagian kecil dapat menyelamatkan diri. Dalam operasi penangkapan ini D.N. Aidit berhasil lolos dan melarikan diri ke Moskow, sedangkan PKI melaksanakan gerakan bawah tanah.
Tahun 1953 D.N. Aidit  kembali ke Indonesia dari Moskow. Ia muncul dengan konsep baru yang dikenal dengan “Jalan Demokrasi Rakyat bagi Indonesia”. Melalui konsep ini D.N. Aidit sekaligus menegaskan jalan yang revolusioner di samping cara-cara parlementer.
Dengan berdasarkan Marxisme-Leninisme dan analisis mengenai situasi kondisi Indonesia sendiri, CC PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit menyusun program partai untuk mencapai tujuannya, yaitu mengkomuniskan Indonesia. Adapun isi program tersebut adalah sebagai berikut :
a.           Membina front persatuan nasional yang berdasarkan persatuan kaum buruh dan kaum tani.
b.           Membangun PKI yang meluas di seluruh negara dan mempunyai karakter massa yang luas, yang sepenuhnya terkonsolidasi di lapangan ideologi, politik, dan organisasi.

Dalam pelaksanaan membina front persatuan nasional, PKI merasa perlu untuk membuina apa yang mereka sebut borjuasi nasional dan borjuasi kecil kota karena oleh PKI golongan-golongan ini dinilai sebagai golongan yang tertekan oleh penghisapan imperialis asing. Pembinaan kedua golongan ini amat penting, di samping membina buruh dan tani. Namun, PKI di bawah kepemimpinan D.N. Aidit menaruh perhatian yang besar kepada para petani untuk dimanfaatkan dalam mewujudkan konsep Demokrasi Rakyat. Dengan propaganda yang menarik dilancarkan bahwa petani harus merdeka, memiliki tanah atau menyewa tanah, dan menerima upah dengan harga yang sesuai dengan yang dikehendaki. Selanjutnya, D.N. Aidit berpendapat bahwa desa adalah sumber bahan makanan, sumber prajurit revolusioner, sebagai tempat menyembunyikan diri jika terpukul di perkotaan, dan sebaggai basis untuk merebut kembali perkotaan.
Dalam membangun PKI DN. Aidit mengatakan, “Kalau kita mau menang dalam revolusi, kalau kita mau mengubah wajah masyarakat yang setengah jajahan menjadi Indonesia yang merdeka penuh, kalau kita mau ambil bagian dalam mengubah wajah dunia, maka kita harus mempunyai partai model Partai Komunis Uni Soviet dan model Partai Cina”.
Jadi, jelas di ini bahwa titik tolak strategi dan taktik PKI pada masa kepemimpinan D.N. Aidit ialah dengan memakai model Partai Komunis Uni Soviet dan mdel Partai Komunis Cina sekaligus, disesuaikan dengan kondisi nyata di Indonesia.

_______________

S u m b e r :
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta 1994
Gerakan 30 September PKI – Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya

—KSP42—
Senin, 16 September 2019 – 13.54 WIB
Bumi Pangarakan, Lido – Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar