Minggu, 01 Januari 2012

TINJAUAN BUKU BUDAYA INDONESIA (Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah) Prof.Dr. Edi Sedyawati


Buku Budaya Indonesia
Prof.Dr. Edi Sedyawati
MINGGU, 1 JANUARI 2012 – DENMAS PRIYADI BLOG :  Buku “Budaya Indonesia” yang ditulis Prof. Dr. Edi Sedyawati terbitan Rajawali Pers ini menyajikan berbagai pokok kajian dan renungan dalam ilmu-ilmu budaya yang meliputi bidang-bidang studi Arkeologi, Filologi, Seni Pertunjukan, dan Sejarah diulas  secara menarik di dalam buku ini.  Sejumlah 45 pokok bahasan dikemukakan dengan menampilkan data baru atau melihat sejumlah data yang sudah tersedia dalam sorotan permasalahan baru, atau dalam keterkaitan baru, dengan melihat relevansinya pada masa kini.  Salah satunya adalah tentang pengembangan Arkeologi Maratim.
 
Pokok-pokok kajian yang disajikan dalam buku ini boleh dikatakan lahir sebagai akibat dari rangsangan ataupun kebutuhan untuk mendukung perkuliahan di Fakultas Sasttra/Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, khususnya terkait dengan judul-judul mata kuliah seperti Sejarah Kebudayaan Indonesia, Kesenian dan Masyarakat Indonesia, Pengantar Arkeologi, Pengantar Filologi, Kesustraan Jawa Kuno, Kaidah Kesenian Hindu, Seni Pertunjukan Kuno Indonesia, Sejarah Kesenian, Ikanografi Budha, Managemen Sumber Daya Budaya, dan lain-lain.

Harapan yang menyertai penerbitan buku ini adalah diperolehnya sambutan yang ‘ramai’, baik dari sesame penggiat ilmu pengetahuan maupun dari khalayak di luar itu yang tentunya juga senantiasa memerlukan penambahan pengetahuan umumnya, lebih-lebih mengenai kebudayaan bangsanya sendiri.

Putu Wijaya
Putu Wijaya, seniman teater, sastrawan dan budayawan:
“Dari tangan seorang professor doctor arkeolog yang juga penari, penyair, pengamat seni, dan mantan Dirjen Kebudayaan, sebuah buku kajian tak menjadi kering dan satu dimensi.  Kita pun menjadi lebih waspada ternyata berbagai disiplin saling bertindih dalam satu titik bila saja ada mata yang jeli membelahnya”. 

Taufik Abdullah
Taufik Abdullah, sejarawan dan budayawan:
“Mungkinkah manusia membebaskan dirinya dari dunia simbol? Gerak, bentuk, bunyi, dan teks tak berhenti pada dirinya, tetapi mengatakan lagi tentang sesuatu yang jauh melebihi dirinya.  Kumpulan tulisan Dr. Edi Sedyawati, guru besar Arkeologi yang penari klasik, dengan manis dan canggih membawa kita memahami dan mendalami dunia yang sesungguhnya mengitari diri kita masing-masing”.

Prof. Dr. Edi Sedyawati yang lahir di Malang, 28 Oktober 1938 adalah alumnus Arkeologi Universitas Indonesia 1963.  Penulis menyelesaikan program doctor di Fakultas Sastra Universitas Indonesia untuk jurusan Arkeologi pada tahun 1985.  Pada tahun 1992, penulis dikukuhkan sebagai Guru Besar Arkeologi di universitas yang sama.

Penulis pernah menjabat sebagai Direktur Jendral Kebudayaan, Depdikbud RI pada periode 1999-2001.  Jabatan lain yang pernah diembannya antara lain Pembantu Rektor I Institut Kesenian Jakarta (1986-1989);  Pembantu Dekan I  Fakultas Kesenian, IKJ (1978-1980);  Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, UI (1989-1993); dan Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (1971-1976).  Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan pada berbagai jurusan, di antaranya Jurusan Akademi Tari, LPKJ (1971-1977); Jurusan Arkeologi,UI (1971-1974); dan Sastra Daerah, FSUI (1987-1993).

Jabatan dalam organisasi profesi yang pernah diemban penulis antara ain Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (1995-1999; 1999-2002);  Ketua HISKI (Himpunan Sarjana Kesustraan Indonesia) komisariat Universitas Indonesia (1992-1993); Ketua I Masyarakat Sejarawan Indonesia (1990-1993);  Keua Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jakarta (1986-1990); dan sejak tahun 1990 menjabat sebagai Penasehat Masyarakat Musikologi Indonesia, yang kemudian berganti nama menjadi Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Karya-kaya tulisnya yang meliputi bidang-bidang arkeologi, sejarah, kesenian, ikonografi, filologi, dan tari telah diterbitkan dimuat  diberbagai media massa.  Sementara itu, disertasinya yang berjudul “Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian” (lulus dengan yudisium mogna cumlaude) telah diterbitkan oleh EFEO, LIPI, dan Rijksuniversiteit Leiden pada tahun 1994.  Terjemahan dalam bahasa inggris diterbitkan dalam sebagai verhandelingen, koninklijk Institut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, nomor 160, Leiden 1994, dengan judul Ganesa Statuary of the Kadiri and Singhasari Periods, A Study of Arts History.


Atas prestasinya sebagai budayawan, penulis telah dianugerahi berbagai penghargaan, di antaranya Penghargaan UI untuk penulisan ilmiah internasional 1999 (2000); Bintang Mahaputra Utama (1998);  Bintang “Chevalier des arts et letters” dari Republik Prancis (1997); Satyalancana Karya Satya 30 Tahun (1997); Bintang Jasa Utama Republik Indonesia (1995); dan Hasil Penelitian Terbaik UI bidang Humaniora (1986).                         

1 komentar:

  1. 1. Putu Wijaya, seniman teater, sastrawan dan budayawan:

    “Dari tangan seorang professor doctor arkeolog yang juga penari, penyair, pengamat seni, dan mantan Dirjen Kebudayaan, sebuah buku kajian tak menjadi kering dan satu dimensi. Kita pun menjadi lebih waspada ternyata berbagai disiplin saling bertindih dalam satu titik bila saja ada mata yang jeli membelahnya”.

    2. Taufik Abdullah, sejarawan dan budayawan:

    “Mungkinkah manusia membebaskan dirinya dari dunia simbol? Gerak, bentuk, bunyi, dan teks tak berhenti pada dirinya, tetapi mengatakan lagi tentang sesuatu yang jauh melebihi dirinya. Kumpulan tulisan Dr. Edi Sedyawati, guru besar Arkeologi yang penari klasik, dengan manis dan canggih membawa kita memahami dan mendalami dunia yang sesungguhnya mengitari diri kita masing-masing”.

    BalasHapus