“S U M E L A N G”
By Ki Slamet 42
Tembang asmarandana menguak di malam sunyi
Lirih merintih, pedih, terasa lara sumelang di hati
Unggas malam, celepuk hitam menguak rasa sepi
Di bawah batu dalam semak perdu, di tepi perigi
Katak-katak bangkong berkukuk kong bernyanyi
Kidung aji turunkan hujan siram basahkan bumi
Maka di malam itu, hujan turun dengan derasnya
Sederas air mata yang mengalir ungkap rasa duka
Wujud rasa sumelang di kalbu yang tak mau sirna
Yang masih saja mengoyak mengiris relung sukma
Yang hingga kini masih terasa menggeliat di garba
Mencurah rasa rindu yang menggebu-gebu di dada
Di atas tanah bersemak di kebun belakang rumah
Serangga malam yang biasa nyanyi kidung indah
Diam tiada mau bernyanyi, bersedih dan gundah
Sang kelelawar hitam layang sebat seperti marah
Mangsa laron-laron, makan buah jambu merah
Suara orong-orong pun terdengar makin melemah
Dalam rasa sumelang, nestapa dan gundah gulana
Kulangkahkan kaki berjalan di malam gelap gulita
Telusuri jalan setapak, kelak-kelok, berpaya-paya
Menuju Pantai Selatan untuk mencari pelipur lara
Dan, hembus angin malam terasa dingin di telinga
Sirnakan letih, raibkanlah samsara, duka nestapa
Di saat jelang pagi sampailah aku di pantai pesisir
Semak bakau, guyat-gayut diterpa angin semilir
Lirih berdesir terpa wajahku, air mataku mengalir
Ingatkan kenangan cinta yang masih indah terukir
Hiasi relung jiwa yang serasa tiada akan berakhir
Sebab tujuan dan cita-cita masih bergetar berdesir
Meski segalanya serasa panas laksana air mendidih
Meski hati ini lirih merintih semakinlah pedih perih
Aku tetaplah berupaya keras berjuang dengan gigih
Karena kehendak dan cita-cita harus tetaplah diraih
Dengan juang tinggi dan dengan penuh ketabahan
Penuhlah kesabaran dan penuh dengan ketawakalan
KSP42 – Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 13 Oktober 2020 - 20:50 WIB