Sabtu, 15 September 2012

"KONTEMPLASI DALAM RIUH" Sunday, 16 September 2012

Spiritual pelukis Andi Suandi menampilkan karya yang lebih mengemukakan ekspresi spiritual itu tresaji lewat percampuran warna dan goresan andi melalui karya-karyanya. Pameran ini berlangsung 7-17 September 2012 di Galeri Cipta II TIM. Andi Suandi menggelar pameran tunggal abstrak yang menyajikan sebuah potret peradaban. Dalam balutan riuh warna, pelukis ini berusaha berkontemplasi dan merefleksikan spirit peradaban. Renungan spiritual sepanjang karier pelukis abstrak Andi Suandi dituangkan dalam pameran tunggal Per”Adab”an Spiritual. Sebuah pameran abstrak yang banyak mengais adab spiritualisme jiwa dan pikiran Andi. Setahun lalu pameran tunggal Andi di Galeri Nasional menyiratkan ragam karya abstrak yang lebih kontemplatif. Renungan dari dalam jiwa itu dituangkan dalam percampuran warna-warna yang lebih bersifat tenang dan menyejukkan. Kala itu pameran tunggal bertajuk From Zero to Zerojuga banyak eksplorasi karya dengan berbagai macam medium. Medium dari bahan seng atau barangkali bekas penutup drum, dipakai untuk melengkapi pameran From Zero to Zero. Pun demikian dengan karya lainnya, lebih banyak bersifat kontemplasi yang tenang. Pameran tunggal Per”Adab”- an Spiritualyang digelar di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM),dari 7-17 September 2012 barangkali sedikit berbeda. Renungan-renungan spiritual Andi masih terbaca lewat goresan- goresan cat yang terlihat di atas kanvas. Bedanya, proses perenungan itu sudah mencapai ke sebuah tingkatan yang lebih tinggi. Karya Andi Suandi kali ini lebih ekspresif, dengan warnawarna yang terang dan beragam. Meski demikian,unsur monokrom yang menjadi ciri Andi Suandi dalam lukisan-lukisan abstraknya masih terlihat. “Proses kali ini lebih banyak berisi renungan spiritual,namun lebih ramai di luar daripada ramai di dalam,”kata Andi. Keriuhan di luar,seperti kata Andi,bisa dilihat dalam beragam karya yang dia pamerkan. Keriuhan ini sangat terasa lewat banyaknya warna yang terlihat dalam setiap lukisan. Karya lukisan berjudul Adab 7,misalnya.Lukisan berukuran 140x40 cm dengan tiga panel acrylic di atas kanvas ini begitu riuh dengan goresan-goresan tangan Andi.Warna-warni yang tercampur juga terlihat riuh seperti putih,hijau,cokelat,hingga kuning. Namun unsur monokrom dalam lukisan yang jadi dominan tetap terjaga. Demikian pula pada Adab 5. Dalam karya berukuran 100x100 tiga panel acrylic di atas kanvas ini menghasilkan perpaduan yang sangat pas.Meski terlihat gelap,kegelapan dalam adab ini barangkali jadi pikiran Andi lewat ekspresi percampuran dan goresan-goresan tangannya.Sekali lagi,Andi tetap menjaga dominasi warna dalam setiap karya miliknya. Andi Suandi mengakui,bahwa karya kali ini terlihat lebih riuh dengan goresan-goresan yang ekspresif. Jika dulunya masih terlihat kontempelatif, kini karyanya tampak lebih ekspresif.“ Perenungan ini justru menghasilkan guratan karya yang lebih ekspresif. Karena memang itu yang saat ini sedang saya rasakan,”tandas Andi. Untuk pameran ini, selain menghadirkan karya-karya ekspresif dalam seri adab, Andi menghadirkan beberapa karya sebelumnya yang tersaji dalam pameran From Zero to Zero.Alasannya, masih memiliki keterikatan dengan perenungan peradaban spiritual. Andi Suandi dikenal sebagai pelukis yang produktif dalam menggelar pameran tunggal. Sedikitnya dia akan berpameran sekali dalam setahun. Sejak 1999 hingga 2012 ini Andi terus menggelar pameran tunggal. Belum ditambah dengan puluhan kali ikut dalam pameran bersama dengan pelukis- pelukis abstrak lain atau saat pameran besar lain. Terakhir pameran From Zero to Zeromenjadi salah satu pamerannya yang cukup sukses. Tema yang diangkat kala itu pas dengan kondisi zaman dan persoalan yang tengah melingkupi. Namun, karya-karyanya masih banyak didominasi oleh keragaman warna yang lebih bersifat kontempelatif. Untuk pameran kali ini,apa yang sudah Andi lakukan seolah tak hanya mengeksplorasi pencapaian nilai estetik belaka. Lebih dari itu,Andi lebih banyak memaknai pameran ini melalui karya yang memiliki nilai-nilai religius yang terkandung dalam pengalaman hidup dan terinteraksi dengan ayat-ayat kauniyah– menyatu dalam lukisannya. Selain memamerkan karya lukisan abstrak, dalam kesempatan ini Andi juga meluncurkan buku Dari Nol ke Nol, berisi perenungan Andi terhadap dunia seni lukis abstrak di Tanah Air dalam kacamatanya. ● sofian dwi

Jumat, 14 September 2012

Banyak Guru tak Bisa Operasikan Internet

RABU, 01 AGUSTUS - REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA : Kalangan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Tengah menyatakan prihatin masih banyak guru yang gagap teknologi saat mengikuti uji kompetensi guru secara "online". "Dari hasil ujian hari pertama banyak guru yang tidak bisa mengoperasionalkan fasilitas internet, terutama guru yang sudah lanjut usia," kata Kepala LPMP Kalteng Krisnayadi Toendan di Palangka Raya, Rabu. Inilah yang harus disikapi oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota agar bisa memberikan pelatihan dengan memprogramkan kegiatan, sehingga ke depan tidak ada lagi guru yang tidak mengerti kemajuan teknologi moderen ini. Dia menyatakan percuma dan tidak akan ada gunanya dibuat serta diprogramkan pelatihan kalau kemauan para guru untuk belajar dan memahami komputer sama sekali tidak ada, meski hampir semua sekolah di daerah itu telah memiliki komputer. Menurutnya pelaksanaan UKG online itu tidak hanya dalam upaya mengukur kemampuan guru dalam bidang keilmuan, namun juga adalah untuk menguasai informasi teknologi (IT). Seharusnya guru yang sudah memiliki sertifikasi dan menerima tunjangan profesi dapat memanfaatnya tunjangan yang ada untuk meningkatkan kemampuan baik kursus komputer, diklat maupun yang berguna meningkatkan kompetensi. Akan tetapi justru sebaliknya, kebanyakan guru mempunyai pola pikir, tunjangan sertifikasi digunakan hanya untuk kebutuhan konsumtif. Pada pelaksanaan UKG hari pertama terkendala selama satu jam karena harus menunggu server pusat terhubung ke lima titik sekolah penyelenggara, sehingga diambil kebijakan tidak mengganggu jadwal guru angkatan pertama, tidak lagi memakai patokan waktu selama 120 menit. "Yang penting hak guru dengan waktu 120 menit terpenuhi, sehingga molor sampai malam hari, dan diperintahkan di seluruh kabupaten/kota agar menunggu,"tuturnya. Sejak awal memang sudah disadarinya, kebanyakan guru yang belum menguasai komputer, dari pedoman yang ada 15 menit untuk latihan dan arahan, akan tetapi waktu yang diberikan tidak cukup, minimal 35 menit waktu yang dibutuhkan. UKG online baru pertama kali ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bertujuan untuk melakukan pemetaan guna memberikan pembinaan kepada guru yang nantinya dinyatakan tidak lulus, bukan untuk menarik tunjangan sertifikasi. Redaktur: Taufik Rachman Sumber: antara Berita Terkait: Uji Kompetensi Diikuti 3.251 Guru di Lombok Katy Perry Ingin Internet Mati Server Kemendiknas Ngadat, Uji Kompetensi Guru Urung Dilakukan Uji Kompetensi Guru tak Pengaruhi Tunjangan Reni: Tak Ada Jaminan UKG Tingkatkan Kompetensi Guru