Jumat, 25 November 2011

UPACARA DAN ACARA HUT PGRI KE 66 DI SMAN 42 JUMAT, 25 NOVEMBER 2011

  
KUEH HUT PGRI KE 66
Suasana Upacara HUT PGRI ke 66
JUMAT, 25 NOVEMBER 2011 - DENMAS PRIYADI BLOG - Pada hari ini, Jumat, 25 November 2011 seluruh guru di Indonesia merayakan HUT PGRI ke: 66, tak terkecuali SMA Negeri 42 Jakarta. Upacara HUT PGRI dilaksanakan pada pukul 6.30 yang dilanjutkan dengan acara berbagai jenis perlombaan, di antaranya adalah lomba masak, bulu tangkis, futsal, bola voly, dan lain-lain. Turut memeriahkan suasana adalah orgen tunggal dengan player Mr. Girsang yang dibantu oleh artis penyanyi dari SMAN 42 sendiri, para ibu dan bapak guru serta para siswa.


Bapak dan ibu guru tertib dalam upacara
 Acara memperingati HUT PGRI ke: 66 berakhir pada pukul 11.30 WIB. Setelah solat Jumat acara dilanjutkan dengan Pembukaan Liga Sepak Bola Pelajar antar SMA se DKI. Pembukaan acara Liga dimeriahkan dengan pentas musik galon oleh pelajar. Suatu acara yang kreatif, inovatif, edukatif dan menghibur. Saya pikir acara ini memang perlu dilanjutkan dan didukung bersama oleh semua pihak. 

Hj Hartini M.Pd Kasek SMAN 42 bersama Dra Tisnoarsi, Dra Tumiar, dan Drs M. Girsang
Mr Deddy hobby masak
Drs Maruli dan Hj Hartini M.Pd dengan hasil karya masaknya


 

Minggu, 13 November 2011

MENYIKAPI PRILAKU SISWA DI KELAS By Slamet Priyadi

Siswa bercanda di kelas
MINGGU, 13 NOVEMBER 2011 – DENMAS PRIYADI BLOG:  Bicara soal prilaku dan sikap siswa di kelas tentu akan berkait dengan pertanyaan-pertanyaan, apa?, mengapa?, bagaimana?

Bagi sebagian siswa yang terbiasa  bersikap tertib dan mempunyai motivasi kuat untuk belajar, mungkin bukan menjadi permasalahan besar bagi guru yang  mengajar. Akan tetapi bagi sebagian siswa yang mempunyai sikap dan prilaku agak lain, kurang etika, tidak menghormati guru, bahkan melecehkankan guru itu akan lain soalnya. Menghadapi sebagian kecil siswa  seperti ini tentu diperlukan sikap sabar yang lebih dari seorang guru saat mengajar.
 
Berdasar referensi psikologi sikap adalah “kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu obyek” ( W.A. Gerungan, Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya, Bina Aksara, Jakarta 1987 ).  Ini artinya, kecenderungan seseorang untuk merasa senang ataupun tidak senang terhadap suatu obyek yang diterima atau dilihatnya. Berkait dengan sikap belajar yang diperlihatkan siswa di kelas, maka bisa disimpulkan bahwa sikap belajar adalah kecenderungan siswa  untuk berprilaku senang atau tidak senang dalam aktifitas belajar di kelas.

Nah, sekarang kita kembali kepada pokok persoalan, apa dan mengapa sebagian siswa  bisa sampai memperlihatkan sikap yang boleh dikatakan nakal, ugal-ugalan, tidak beretika, bahkan melecehkan guru. Padahal pada setiap upacara bendera hari Senin, tata tertib siswa selalu dibacakan dengan begitu semangat oleh seluruh siswa di sekolah. Akan tetapi rupanya hal ini belum sepenuhnya dihayati oleh sebagian siswa khususnya para siswa yang memiliki sikap dan prilaku yang yang unik tadi.

Berkait dengan sikap dan prilaku siswa baik perasaan senang ataupun tidak senang  yang diperlihatkan siswa terhadap proses pembelajaran yang diberikan guru di kelas hal tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor  berikut:

1.      Faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas.
2.      Faktor metode, pendekatan, dan strtegi pembelajaran yang digunakan guru.
3.      Faktor media pembelajaran, alat peraga dan instrument pembelajaran.
4.      Faktor sikap dan prilaku guru, termasuk suara guru, lingkungan kelas, dan manajemen kelas dan berbagai faktor lainnya seperti lingkungan sekolah, lingkungan social, dan lain-lain.

Apabila faktor-faktor tersebut memberi dampak yang baik terhadap siswa  maka akan terbentuk sikap dan prilaku yang baik pula. Dalam arti siswa  merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Begitupun sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut di atas memberi dampak negative dan kurang baik, maka sikap yang terbentuk pada diri siswapun  sikap dan prilaku yang negative pula. Artinya siswa akan memperlihatkan prilaku yang kurang menyenangkan seperti sikap cuek, apatis, tidak aktif, bercanda, mengganggu teman belajarnya dan selalu main-main dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Oleh sebab itu seyogyanya guru harus memiliki persiapan yang matang  serta pengetahuan yang cukup menyangkut teori psikologi belajar, pemahaman tentang sikap, metode, pendekatan dan strtegi bagaimana menumbuhkembangkan sikap belajar yang positif kepada siswa, situasi dan kondisi belajar, lingkungan belajar, serta bagaimana bisa meningkatkan sikap belajar siswa.

Sebaiknya guru juga harus mengadakan evaluasi diri dengan mengadakan pengukuran skala sikap untuk mengetahui sampai sejauh mana sikap dan prilaku guru bisa diterima siswa  di kelas dalam hal penyajian dan penyampaian materi pembelajarannya. Pengukuran dan evaluasi diri bagi guru oleh siswa berkait dengan cara penyajian dalam menyampaikan materi pembelajaran dikelas sangat penting diketahui guru untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dan meningkatkan kompetensi dan profesionalitas keguruannya. Berikut adalah contoh skala sikap untuk memperoleh pendapat siswa terkait dengan cara penyajian guru dalam mengajar.

SKALA SIKAP :
 Berikan tanda chek list ( V) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu dan berikan pula alasannya!
 No.
Pernyataan
Setuju
Tidak Setuju
Alasan
1.



2.



3.






4.




5.




6.
Menurut saya guru sudah menjelaskan tentang materi dengan jelas.

Guru benar-benar siap untuk menyampaikan materi ini.

Peragaan dan contoh-contoh materi pembelajaran yang di berikan membuat saya mudah menangkap dan memahami materi pembelajaran.

Guru memberikan bimbingan yang jelas untuk memudahkan saya menerima pelajaran

Alat peraga yang digunakan guru sangat membantu saya dalam memahami pelajaran

Guru bersikap ramah, bersahabat selama mengajar di kelas.




( Kepustakaan : 1.  W.A. Gerungan. Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Bina Aksara-Jakarta 1987.  2.  Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Bina Aksara-Jakarta 1988 ). [<SP>]     

Minggu, 06 November 2011

MENGAJAR HARUS DENGAN PERSIAPAN YANG MATANG by Slamet Priyadi

Siswa aktif  dalam proses  pembelajaran di kelas
MINGU, 5 NOVEMBER 2011 – DENMAS PRIYADI BLOG – Suatu ketika saya mengajar tanpa persiapan yang matang di kelas. Saya sampaikan materi pelajaran kepada siswa di kelas berdasar apa yang ada dalam ingatan saja.  Saya merasa proses pembelajaran menjadi tersendat tidak berjalan lancar, materi pokok bahasan menjadi tidak teratur, terlalu verbalistik, dan membosankan. Hal tersebut bisa saya lihat dari sikap siswa yang apatis, ada yang mengobrol, bercanda, izin buang air kecil, dan lain sebagainya.  Menyikapi situasi seperti ini maka saya putuskan untuk tidak melanjutkan proses pembelajaran, saya sampaikan kepada siswa:

“ Baik anak-anak! Hari ini bapak merasa tidak enak badan, jadi tidak siap untuk melanjutkan materi pelajaran, akan tetapi kalian harus menyelesaikan tugas-tugas yang belum diselesaikan atau memperbaiki nilai-nilai yang masih belum tuntas.”

“ Ya, pak! Baik, pak! Kami melihat memang bapak sepertinya tidak siap menyampaikan materi pelajaran, penyajian materi banyak kami tidak mengerti karena tidak jelas apa yang bapak maksudkan! ” Demikianlah jawaban siswa,  secara serempak mereka menjawab.

“ Baik! Terimakasih atas kritik kalian, bapak menyadari memang seperti itulah adanya, dan selanjutnya itu tidak akan terjadi lagi. Selanjutnya selesaikanlah tugas-tugas kalian yang nilainya masih belum tuntas! ” 

Nah! Itu hanya sebuah pengalaman dari saya, dimana saya tidak mempersiapkan materi pembelajaran dengan matang, dan semata-mata hanya mengandalkan daya ingat dan pengalaman mengajar saja.
Dari pengalaman tersebut di atas ada pelajaran yang bisa saya peroleh, yaitu :

1.    Mengajar harus dengan persiapan yang matang baik  persiapan kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.    Mengajar harus terencana, terstruktur, interaktif, inovatif, dan efektif. Terutama dalam intonasi, dan   artikulasi. Ucapan vocal harus keras dan jelas.
3.    Mengajar harus disajikan melalui pendekatan psikologis, individual dan social
4.    Mengajar harus dengan strategi, metode, dan alat bantu (media) pembelajaran
5.    Mengajar harus ada evaluasi baik evaluasi kepada siswa maupun kepada diri sendiri sebagai guru. Hal ini dilakukan sebagai koreksi ke dalam. Sampai sejauh manakah materi pembelajaran bisa ditangkap siswa, dan sampai sejauh mana pengembangan serta peningkatan kemampuan guru dalam mengajar. [ <SP> ] 

Jumat, 04 November 2011

MGMP SENI BUDAYA SMAN 42 JUMAT, 4 NOVEMBER 2011


 ( Menyusun materi pembelajaran kls XII IPS )

Standar Kompetensi :  Mengapresiasi karya seni rupa
Kompetensi dasar :  Menjelaskan keunikan, gagasan, dan teknik dalam karya
seni rupa modern/kontemporer.
Indikator :  Mendeskripsikan keunikan, gagasan, teknik, dan baha seni rupa
modern/kontemporer.
Materi Pembelajaran: Keunikan, gagasan, dan teknik dalam karya seni rupa
modern.
Deskripsi Materi      :  

1.     Keunikan Gagasan
Cap Gomeh
      Seni rupa kontemporer lebih banyak dipengaruhi oleh masalah yang terjadi pada saatkarya tersebut diciptakan. Gagasan yang muncul bisa jadi sebagai media kritik, protes, dan ugkapan pemberontakan jiwa terhadap suatu masalah tertentu sehingga terkadang karyanya sulit dipahami orang awam.







2.     Keunikan Teknik yang Digunakan 
      Teknik pembuatan seni rupa kontemporer yang diciptakan seniman ada yang dilakukan secara konvensional dan ada pula secara non konvensional (tidak lazim) seperti dengan cara, melempar, mengguyur cat pada seni lukis.  Menata, mengikat, merangkai jerami seperti pada seni instalasi, dan sebagainya.

3.     Teknik Pembuatan
Adapun teknik pembuatan karya seni rupa kontemporer antara lain,
a.      teknik hanmade,
b.      teknik masinal (dibuat dengan mesin), 
c.       teknik computer.
Di antara ketiga teknik tersebut yang memiliki keunikan paling tinggi adalah teknik handmade yang dikerjakan dengan tangan yang sudah barang tentu membutuhkan keterampilan khusus.

Jumat, 4 Nopember 2011
Slamet Priyadi